Selasa, 31 Desember 2013

The End of 2013

Tak terasa waktu terus berjalan menghantarkanku ke ujung tahun 2013. Tahun ini aku melewati banyak hal yang tak pernah kuduga. Banyak cerita yang membuatku tertawa bahkan menangis. Tahun ini mampu membuatku terus berkata alhamdulillah karna anugerah Tuhan yang selalu membuatku bahagia. Setiap keinginanku mulai tercapai dengan perlahan dan rasa kecewaku selalu dilindungi Tuhan.
Aku pernah kecewa karna seseorang dan entah mengapa tanpa aku mendendam, Tuhan membalaskan kecewaku. Lalu ketika aku merasa sangat lemah dan putus asa, Tuhan mengubah cara pikirku melalui seseorang yang membuatku selalu sabar hingga akhirnya aku belajar tentang kehidupan dan mengerti tentang duniaku.
Tuhan memang selalu mengabulkan doa hamba-Nya. Tahun ini aku bisa membeli laptop, bisa berbagi bersama keluarga dan orang lain juga. Karna aku terlahir dari keluarga biasa, yang selalu butuh perjuangan ekstra untuk mewujudkan apa yang diimpikan. Aku merasa bahagia bisa menjadi bagian dari senyuman mereka. Aku pun tak menyangka, tulisan tentang mama yang kutulis dengan berurai air mata bisa dimuat dibuku Ibuku Berbeda. Rasanya bahagia ketika aku ke toko buku, aku melihat rak yang memajang buku Ibuku Berbeda. Aku melihat dengan nyata buku yang memuat tulisanku itu. Meski aku hanya mendapatkan sertifikat dan sampel buku tapi ada yang lebih penting dari itu, rasa bangga orang tua kepadaku. Aku senang bisa membuat mama dan bapa tersenyum karena tulisan melowku. Bahkan Bapa sampai menangis membacanya. Kata Bapa, Bapa sedih karena tidak bisa membiayai sekolahku. Semenjak SMP aku memang dibiayai oleh Tetehku. Sampai sekarang, sampai aku kuliah pun aku masih suka meminta bantuan dana kepada Teteh. Kebutuhan sehari-hari keluarga pun dibiayai oleh Teteh. Bapa bangga kepadaku yang terus bersemangat untuk menjadi orang yang sukses. Dengan membaca tulisanku Bapa berpikir tentang dirinya yang tak bisa berbuat lebih untuk keluarga. Padahal Bapa sangat berjasa kepada keluarga. Bapa sangat menyayangi kami, dan bagiku doa saja sudah cukup untuk membuatku lebih maju lagi.
Sebenarnya banyak sekali cerita yang mengunggugah semangatku. Tahun ini aku banyak melaksanakan perjalanan dinas ke luar kota. Pertama ketika pelatihan K3 Jamsostek di Taman Sari Sukabumi. Meski membuatku lelah, aku senang karena mendapatkan pengalaman dan ilmu. Lalu ketika aku harus menginap di Bandung selama 2 hari 1 malam untuk mengikuti pelatihan Laporan Bulanan di Bank Indonesia. Aku pun mengikuti diseminasi Pelaku Usaha Jasa Keuangan di Bank Indonesia. Terus seminar BPJS Kesehatan di Sukabumi dan terakhir pelatihan pajak yang diadakan oleh IAI. Dari perjalanan itu aku mendapatkan ilmu yang sangat berharga bagi karirku.
Tuhan seolah-olah terus mengantarkanku menuju impianku. Ingin sekali mereview setiap perjalanannya tapi ceritanya terlalu panjang kalau untuk dibahas di sini. Mungkin lain kali aku akan membuat cerita khusus tentang karirku, semoga saja ceritaku tahun ini bisa aku tulis menjadi sebuah novel. Amiin.
Di penghujung tahun ini yang bertepatan dengan rebo kasan atau rabu terakhir di bulan safar dimana beribu-ribu penyakit dan bencana diturunkan, aku hanya akan diam di rumah dan mengakhiri tahun ini dengan penuh rasa syukur dengan berserah diri kepada Tuhan. Apa yang kudapatkan di tahun ini adalah anugerah Tuhan yang Maha Besar. Semoga saja aku mampu merubah hal-hal negatif di tahun ini dan semoga tahun depan bisa jauh jauh jauh lebih baik lagi. Semoga aku bisa bermanfaat untuk siapa saja dan selalu menjadi alasan orang lain untuk tersenyum bahagia. Amiin.


Posted via Blogaway

Selasa, 17 Desember 2013

AKUNTAN ADALAH PROFESI IMPIANKU

Tahun ini benar-benar tahun yang tidak terduga bagiku. Bulan ini ada tawaran pekerjaan part time, dan pekerjaannya menyangkut dengan cita-citaku, yaitu akuntan. Ada perusahaan yang memintaku untuk membantu membereskan laporan keuangannya. Aku pun menerima tawaran itu. Namun ada satu kendala, yaitu waktu. Karena pekerjaannya yang memang harus cepat beres sebab waktu yang memang mepet banget. Aku harus bekerja extra waktu sampai larut malam. Awalnya bapakku tidak setuju aku bekerja part time karena kondisi badanku yang memang belum sembuh total. Namun setelah aku mengerjakannya diam-diam dan aku menjelaskan tentang pekerjaanku, Bapak baru mengerti dan mengizinkanku untuk bekerja.
Awalnya aku berkata mampu dalam hatiku. Karena akuntansi adalah pekerjaan yang memang sering kukerjakan. Aku sudah terbiasa berkecimpung dengan angka-angka. Aku pun memang mampu mengerjakan laporan tersebut. Tapi ada satu hal yang mengganjal dalam hatiku, selayaknya sebuah beban. Karena ini kali pertama aku bekerja sebagai akuntan part time, ternyata akuntansi itu memang mudah untuk dikerjakan namun efek dari hasil pekerjaannya yang memang menjadi sebuah tanggung jawab yang besar. Aku bekerja selama dua hari dengan nominal bayaran dua kali lipat dari gaji perbulan, sehingga aku merasa sangat bertanggung jawab atas apa yang akan didapat oleh klien.
Akuntansi adalah dunia yang kuimpikan. Dan selangkah lagi aku akan menuju impianku. Ini adalah awal karirku dalam cita-cita yang selama ini kuinginkan. Aku harus mampu memotivasi diri untuk tidak gampang menyerah. Aku berusaha untuk tidak menjadikan tanggung jawab itu sebagai beban. Bagaimana pun setiap masalah pasti terselesaikan, tinggal bagaimana kita menyikapi masalah itu. Aku harus tetap tenang.

Bagiku akuntan itu bukan hanya tentang mengejar angka, tapi juga untuk membantu sesama. Dengan menjadi akuntan, aku bisa membantu perusahaan yang ingin merapikan keuangannya. Karena keuangan dalam perusahaan itu termasuk hal yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Kalau sudah menyangkut perusahaan, bukan hanya berbicara tentang pemilik, tapi juga tentang pegawai yang bekerja pada perusahaan tersebut juga tentang orang lain yang merasakan manfaatnya. Kalau aku membantu suatu perusahaan, sama saja aku membantu orang banyak. 

Jumat, 29 November 2013

#MyMomMyAngel buku "Ibuku Berbeda"



Tadi siang ketika sedang mendengarkan pengajian di Majlis Ta’lim, aku mendapatkan berita yang begitu menyesakkan. Bukan sebuah berita duka tapi sebuah berita yang begitu menggembirakan. Awalnya aku mendapatkan sms kalau ada yang mengirimkan surat untukku. Katanya surat dari Jogja dan suratnya ada di tangan Pak RT di daerah rumahku. Orang-orang di sekitar rumah memang banyak  yang tidak tahu kalau namaku adalah Dina, mereka hanya tahu kalau namaku Orin, nama panggilanku sejak aku kecil. Jadi mereka tidak tahu surat yang ditujukan atas nama Dina itu untuk siapa.
Aku langsung mengirim sms kepada orang di rumah untuk segera mengambilnya. Mama membalas smsnya kalau kiriman dari Jogja itu adalah sebuah novel dan sertifikat. Dari situ aku mulai penasaran. Sebenarnya novel dan sertifikat apa yang aku terima. Aku pun menebak-nebak, paket yang ada di rumah itu adalah hasil dari lomba yang aku ikuti, yaitu proyek kolaborasi #MyMomMyAngel yang diadakan oleh penerbit De Teens dari Diva Press Group.
Sampai di kantor aku mengecek alamat web Diva Press, aku langsung mencari karya-karya yang terpilih dalam proyek tersebut. Aku menemukan namaku berada di urutan ke-43. Dari sekitar 450 karya, alhamdulillah karyaku termasuk 85 karya terpilih terpilih untuk dimuat dalam buku yang merupakan proyek kolaborasi itu. Aku tak bisa menahan air mataku. Aku langsung teringat Mama.

 

Betapa bahagianya tulisanku untuk pertama kalinya dimuat dalam sebuah buku. Cerita tentang Mama membawa berkah. Aku jadi mengingat semua perilaku kepada Mama. Aku memang selalu bertengkar dengan Mama. Sehingga ketika aku tahu kalau tulisanku tentang Mama dimuat dalam sebuah buku, aku langsung menangis. Aku mengingat segala dosaku kepada Mama. Aku sangat sedih dengan semua sikapku yang selalu keras kepala terhadap Mama. Aku langsung meminta maaf kepada Mama lewat ponselku.
Dengan adanya buku ini, aku jadi mengingat setiap kesalahanku. Awalnya aku pesimis bahwa aku tidak akan memenangkan lomba ini karena aku selalu kalah dalam mengikuti lomba menulis. Aku mengabaikan lomba ini, jadi ketika aku tahu bahwa tulisanku ada dalam buku Ibuku Berbeda, aku merasa kebingungan sendiri. Aku masih belum percaya kalau karyaku kini diakui. Padahal lomba ini sudah diumumkan sejak tanggal 25 Oktober lalu, tapi aku baru tahu hari ini.
Dengan adanya buku ini pula, aku tersadar bahwa kegalauan itu tak selalu negatif. Buktinya aku masih bisa bangkit dan berkarya setelah melewati hari-hari suram bersama masa laluku. Aku masih bisa melihat masa depan yang lebih indah. Aku tidak menyangka kalau akhirnya aku akan seperti ini. Aku bekerja sesuai dengan passion-ku, yakni pekerjaan yang berhubungan dengan Akuntansi. Aku juga bisa meluangkan waktu untuk menulis. Semua keterpurukan di masa lalu justru menjadi semangat untukku bisa melangkah lebih baik lagi. Masa lalu kubiarkan menjadi sebuah cerita yang memberi arti untuk kehidupanku. Meski masa lalu itu terasa sangat perih, namun masa lalu itu merupakan keindahan di masa depan. Aku mengerti bahwa galau itu bukanlah hanya sebuah masalah. Galau pun bisa menjadi pemicu semangat.
Aku sangat berterima kasih kepada De Teens dan Diva Press. Karena kehadiran buku ini, menjadi motivasiku untuk menulis lebih banyak dan bermanfaat lagi. Buku ini pun menjadi motivasiku untuk selalu menghormati dan menyayangi Mama, dan selalu memandang positif atas segala peristiwa yang terjadi. Terima kasih atas hadiah terindah di akhir tahun ini.


sertifikat pertamaku dalam lomba menulis

Selasa, 19 November 2013

Ilmu yang Tak Disadari

     Pernahkah Anda mengeluh?
   Ya, aku sering mengeluh tentang takdir yang aku dapatkan. Aku selalu mengeluh meski Tuhan telah mengabulkan doaku. Salah satunya tentang pekerjaan. Dulu aku berdoa agar aku bisa bekerja sebagai bankir dan bisa bekerja sesuai dengan cita-citaku. Sampai Tuhan mengabulkan doaku itu. Sekarang aku adalah seorang bankir dan aku bekerja sesuai cita-citaku. Meski aku bukan staf Akuntansi, tapi setidaknya pekerjaan yang kujalani ini berkaitan dengan Akuntansi. Tetapi tetap saja, aku tetap mengeluh tentang keadaanku saat ini. Selalu saja ada masalah yang kuhadapi. Entah memang keadaannya yang kurang pas denganku atau mungkin aku yang terlalu sensitif dalam menyikapi suatu hal.
     Kadang di tempat ini aku merasa asing sendiri. Aku sering menangis seorang diri, namun di hadapan mereka, aku mencoba tegar, meski dengan keluhan yang selalu kuucapkan. Kadang, aku pun ingin keluar dari tempat ini. Namun aku juga tak ingin menyerah untuk mengejar impianku.
     Pernah ada yang memintaku bekerja di tempat lain, dan pekerjaannya masih berhubungan dengan Akuntansi. Lalu aku ceritakan kepada konsultan di kantor. Entah kenapa ada sensasi yang berbeda dari reaksi konsultanku itu. Aku selalu memikirkan kembali perkataannya. Katanya, "Proses itu mahal." Aku pun menyadari bahwa proses itu memang mahal. Kalau aku pindah kerja ke tempat yang lain, tempat yang lain itu sudah rapih, dan aku tidak tahu bagaimana cara merapihkannya. Sedangkan kalau aku bertahan di sini, aku masih bisa merapihkannya, dan aku sendiri yang akan merasakan bagaimana proses merapihkannya. Namun bukan berarti tempat kerjaku saat ini tidak bagus. Tempat kerjaku hanya membutuhkan sentuhan agar bisa lebih maju lagi. Dan semua itu butuh proses.
     Poin lainnya yang aku dapatkan dari konsultanku adalah tentang kesabaran. Aku pernah mengeluh tentang suatu hal. Aku pernah merasa sedikit rugi karena perjalanan dinas. Seperti biasa, aku menceritakannya kembali kepada konsultanku. Kata Beliau, "Tidak apa-apa kita sedikit rugi. Anggap saja kita mengeluarkan biaya sebagai ongkos untuk bermain. Jangan dilihat ruginya, tapi lihat hikmah dan manfaatnya. Manfaatnya, kita bisa bersosialisasi dan mendapatkan ilmu yang banyak. Sabar saja."

MaLu (Masa Lalu)



Bukankah banyak orang yang menyatakan bahwa hidup itu berawal dari mimpi? Tapi mimpi yang aku alami ini sangat berbeda. Di sela istirahat malamku, aku memimpikannya kembali. Dia datang kembali membawa cinta yang kini telah aku hapuskan dari ingatan. Apakah mungkin dia akan kembali, mengawali cerita dahulu yang sempat pudar karena perselisihan hati. Entahlah, aku hanya tahu tentang pengkhianatan masa lalu yang menyakitiku karena rasa sakit yang dirasakannya dariku pula.
Aku tak pernah mengerti mengapa dia selalu hadir dalam mimpiku. Padahal aku sudah lupa tentang cintanya. Aku telah meniadakan kenangan bersamanya. Namun dalam setiap mimpi itu, dia selalu menghangatkanku dengan cintanya. Dia menyerahkan seluruh cinta yang sempat ia bagi bersama wanita selain diriku. Bahkan dalam mimpi itu, keluarganya selalu hadir memberikan dukungan seperti dulu ketika aku masih bersamanya.
Akan tetapi, semua itu hanyalah mimpi. Mimpi yang tak pernah aku harapkan. Semua tak akan menjadi kehidupanku di masa depan. Kenyataan tak akan pernah sama dengan mimpi. Dari situ aku percaya bahwa tidak semua kehidupan berawal dari mimpi. Terkadang kehidupan berawal dari sebuah kebutuhan diri yang tak pernah disadari.
Masa lalu itu tetaplah sebuah film lampau yang tak kan pernah terputar kembali di masa depan. Tentangnya hanyalah tinggal cerita. Masa lalu itu tak akan terulang kembali. Meski banyak kemungkinan yang pasti terjadi dalam kehendak Tuhan, masa lalu tetaplah sebuah memori.
Masa lalu hanyalah sebuah cermin kehidupan yang memberi arti untuk melangkah ke depan dengan lebih baik lagi. Masa lalu membuktikan bahwa masa depan pun tak akan pernah bisa terlepas dari peristiwa lampau. Aku percaya, semua cerita memberi makna yang terkadang kita lupakan hikmahnya. Aku pun percaya, cinta Tuhan kepada umatnya melebihi cinta dari sesama. Karena Tuhan itu akan selalu adil dalam percintaan.

Jumat, 15 November 2013

Pertengahan November 2013

     Minggu ini aku sangat bersemangat dalam melakukan banyak hal. Mungkin karena aku baru saja Khatam Al-Quran. Ternyata tidak ada rasa bahagia sebahagia menamatkan bacaan Al-Quran, dan tidak ada rasa nyaman senyaman bersujud kepada-Nya. Akhirnya setelah belasan tahun yang lalu aku Khatam Al-Quran tiga kali, kini aku khatam Al-Quran yang keempat kali dalam jangka waktu 2 tahun.
     Dari Al-Quran yang aku baca, tersirat sebuah peristiwa masa lalu. Al-Quran Syamil dan terjemahannya itu adalah pemberian dari seseorang. Seseorang itu sangat berpengaruh dalam kehidupan masa laluku. Dia adalah seseorang yang membuatku mengerti tentang arti kehidupan. Dia telah mengajarkanku untuk selalu bersabar dan memahami arti hidup yang bukan hanya tentang duniaku saja.
     Minggu ini aku rajin masuk kuliah. Meski harus menempuh perjalanan yang lumayan dari Cianjur menuju Sukabumi, namun aku sangat bersemangat. Hujan pun bukanlah masalah yang berarti yang menahanku untuk tidak berangkat ke kampus. Saking semangatnya belajar, aku sampai menginap di kosan temenku di Selabintana karena malam itu bis terakhir telah meninggalkanku.
     Pelajaran yang aku bawa dari kampus adalah tentang orang yang berkualitas. Kunci orang berkualitas itu adalah berdoa, bertanggung jawab, jujur, kreatif, inovatif. Dan kata dosenku, makna dari Iqra adalah bukan hanya tentang membaca. Tapi juga tentang melihat, mendengar, dan berkomunikasi. Sebenarnya banyak ilmu yang aku dapat di kampus. Bukan hanya tentang ilmu pasti, tapi juga tentang pengembangan diri.
     Pokoknya minggu ini, alhamdulillah aku merasa sangat bersemangat. Walau aku harus berangkat jam 5 dari Sukabumi, karena menginap di teman, dan langsung berangkat kerja. Tapi bagiku semua itu sangat menyenangkan. Aku sangat bersemangat untuk meraih mimpi. Mimpi menjadi seorang pengusaha, dosen, dan penulis. Aku tidak akan menyerah, walau jalanku berliku panjang. Karena jalan yang aku lalui pasti mempunyai ujung yang indah.

Sabtu, 28 September 2013

Kupanggil Cinta Meski Terlarang


Suatu siang, ketika suara-suara begitu bising di telinga, seorang gadis berkerudung hitam nampak menikmati pekerjaannya sebagai penjahit pabrik. Gadis itu kurus, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Wajahnya yang biasa saja terlihat bersinar karena keceriaan yang selalu digenggamnya. Sekali-kali gadis itu melap keringat yang mengucur di wajahnya. Suasana panas di ruangan nan besar itu membuatnya gerah, tapi tidak hatinya.

Hampir setiap hari ia menghabiskan waktu untuk menjahit jaket. Karena itulah profesinya saat ini. Ia adalah seorang buruh pabrik jaket di kotanya. Seakan tak mengenal lelah, ia berangkat pagi dan pulang malam untuk menuliskan cerita di pabrik. Kadang di hari libur nasional pun, ia tetap bekerja.

Siang itu ia serius menjahit kain-kain yang akan dijadikan jaket. Namun ketika ia melemparkan pandangan ke arah pintu masuk, ia melihat sesosok pria. Sosok pria itu tidak jelek, lumayan tampan, sehingga gadis itu tertarik untuk terus melihatnya. Pria itu tak begitu asing dalam pandangannya. Otaknya pun berputar ke masa lalu. Ia mencoba mengingat sosok pria itu. Sampai ingatannya terhenti ketika ia bekerja di pabrik yang dulu. Pria itu pernah menjadi rekan kerjanya. Meski tidak terlalu akrab, gadis itu mengenal pria yang kini menjadi karyawan baru.

Yola, gadis itu bernama Yola. Yola tak pernah menduga satu hal tentang pria itu. Ketika jam istirahat telah tiba, ia tak sengaja berpapasan dengan pria yang telah menarik perhatiannya sedari tadi. Pria itu tersenyum kepadanya.

Pria itu menyapa Yola, “Hai cantik! Dulu kamu bekerja di PT. Asia, ya?”

Yola tertegun menatapnya dan membalasnya dengan mengangguk.

“Aku Dimas,” pria itu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Yola.

Yola hanya terdiam.

“Boleh aku minta nomor handphome-mu?”

Diam. Yola tetap terdiam. Ia mencoba untuk tidak menghiraukan Dimas, meski hatinya ingin menjabat Dimas. Yola terdiam bukan karena sombong. Ia hanya menjaga perasaan seseorang di belakang Dimas, mantannya.

Seketika harapannya untuk bersama Dimas mulai meredup. Ternyata Dimas telah mengetahui tentang cintanya di masa lalu. Ia pernah menjalin kasih bersama Anto, yang kini menjadi atasannya Dimas. Dan Dimas mengetahui itu.

Sampai ia pun mencoba untuk mengungkapkan isi hatinya, bukan kepada Dimas tapi kepada sahabatnya. Ia menceritakan semua tentang perasaan yang ia pendam. Ia ingin bersama Dimas, tapi ia tak berani mengungkap cintanya kepada Dimas.

Namun sahabatnya itu malah menjalin kasih dengan Dimas. Ia sempat kecewa, sangat kecewa. Seseorang yang dianggapnya dapat mengerti suasana hatinya, malah merusak semua rasa. Seharusnya ia tak pernah mengungkapkan rasa itu kepada sahabatnya. Terlihat gurat penyesalan dalam hatinya. Ia terus membuat sindiran untuk sahabatnya itu. Tidak, wanita itu bukan sahabatnya! Seorang sahabat tidak mungkin mengingkari sahabatnya. Seorang sahabat pasti mengerti keadaan sahabatnya. Seorang sahabat pasti menahan diri untuk tidak mengungkapkan cinta kepada orang yang juga dicintai sahabatnya. Karena seorang sahabat adalah tempat untuk saling mengerti dan memahami kehidupan.

Yola mencoba melupakan semua tentang Dimas. Namun bayangan Dimas semakin jelas tergambar di hatinya. Cintanya kepada Dimas tak mudah terhapuskan. Sampai ia tahu bahwa Dimas pun menyimpan rasa suka kepada Yola.

Dan mereka mulai berbicara tentang cinta. Meski kebingungan meliputi batin mereka. Mereka tetap saling bersua. Menjalin hari dan merajut perasaan yang tak pantas dilakoni. Cintanya terbayang-bayang oleh kenyataan. Dimas tak sendiri, ia masih berstatus sebagai kekasih dari sahabat Yola.

Hujan menyelimuti hari. Orang-orang di pabrik termasuk Yola, masih berdiri di depan pabrik. Mereka menunggu redanya hujan, seakan-akan menikmati setiap rintik yang mulai menghapuskan hausnya bumi.

Yola terdiam menatap hujan. Baginya hujan selalu menyimpan cerita indah. Memorinya tertuju kepada Dimas. Ia mengingat awalnya berkisah bersama Dimas. Kala itu ia bermain dengan hujan, menengadahkan tangan, menutup mata, meresapi dinginnya hari, juga merasakan setiap rintik hujan yang mendarat di telapak tangannya. Tanpa ia sadari, di sebelahnya berdiri seorang pria. Pria itu menebarkan senyumannya yang manis. Begitu manis menusuk hati Yola yang sedang gundah. Namun hujan reda dengan begitu cepat. Melenyapkan senyuman dari pria yang tak dikenalnya. Sejak saat itu, ia membungkus perasaannya kepada Dimas, pria di balik rintik hujan.

Dan hari ini, Yola melakukan hal yang sama. Menengadahkan tangan, menutup mata, meresapi dinginnya hari, juga merasakan setiap rintik hujan yang mendarat di telapak tangannya. Namun kali ini dengan perasaan yang berbeda. Ia mencoba menghayati keadaannya. Kebingungan akan cinta.

“Masihkah kau mengingat ketika pertama kali kita bertemu?” tanya seorang pria yang berdiri di belakang Yola.

Yola membuka matanya dengan perlahan, sedangkan tangannya masih merasakan rintik hujan. “Aku tidak akan pernah lupa semua tentang kita. Pertemuan kita kala itu adalah simbol cerita kita. Sampai saat ini, rasa yang dulu pernah ada akan tetap bermain dalam ingatanku. Meski ada sesuatu yang tak mungkin bisa kita ingkari. Tetap saja dalam kebingungan ini, selalu ada nama cinta yang terukir atas namamu, Dimas.”

Dimas berdiri di samping Yola dan mengikuti apa yang dilakukan Yola. Dimas ikut merasakan rintik hujan. “Maafkan aku. Maafkan aku tentang cinta yang datang terlambat ini. Maafkan aku telah melukai hatimu karena aku telah menjadi kekasih sahabatmu.”

“Sudahlah!” Yola menatap Dimas. “Aku tidak memikirkan hal itu. Dia tidak tahu apa-apa tentangmu. Aku dan dia sama-sama tidak berhak atasmu. Semua ini salahku. Seharusnya dulu aku tidak mengacuhkan kehadiranmu. Seharusnya aku tidak mencintaimu.”

“Tidak! Kau tidak salah. Aku tahu perasaanmu. Kau dilema, kan? Karna statusku?”

Yola terdiam. Dimas pun terdiam. Mereka sama-sama terdiam. Namun batin mereka seperti masih berbicara tentang cinta.

Yola mulai merasakan air mata yang membanjiri hatinya. Ia menangis dalam hati. Ia ingin memberontak, tapi ia tak bisa melawan takdir. Ia pun sadar diri, bahwa cintanya hanyalah sesaat. Sesaat dia menatap hati yang telah dimiliki.

Yola dan Dimas. Mereka saling mencinta, tapi tidak dengan takdir.

Seiring dengan perjalanan hari, mereka sama-sama merasakan kelunya lidah untuk saling bertegur sapa. Ada ketidakpantasan yang menjulang dalam kisahnya. Yola, gadis itu kini menyikapi setiap larangan dalam cinta. Dimas, pria itu mencoba menyerah. Mereka sama-sama mengalah akan takdir. Cinta yang ada tak mungkin untuk selamanya.

Waktu semakin menunjukkan perubahan sikap Dimas. Seolah-olah Dimas telah melupakan cerita bersama Yola. Ketika bertatapan muka pun, tak ada sepatah kata yang mereka ucapkan. Semua berbeda. Begitu berbeda. Cinta sesaat itu memberi makna terdalam bagi Yola. Bukan tentang sahabat yang diam-diam menikungnya dari belakang. Tapi tentang kehidupan nyata yang dijalani Dimas.


Yola terlelap dalam cinta Dimas. Meski kini berbeda, cinta itu tetap ada. Cinta itu tak kan pernah terlewatkan, meski cinta itu tak kan pernah bersatu. Cinta itu tak mesti saling bersama. Cinta itu tak pernah salah. Cinta itu tak pernah menyakiti, kecuali orang-orang yang berdiri menyalahi cinta. Cinta itu tetap cinta, meski ia tahu cinta itu terlarang. Dan cinta itu tetaplah Dimas, meski cinta itu hadir untuk suami orang.

nb: Kupanggil Cinta Meski Terlarang inspired by my friend's story


Rabu, 18 September 2013

I Love Accounting

     Entah kenapa setiap aku mendengar kata "Akuntansi" yang ada di pikiranku adalah kebahagiaan. Entah karena aku terlalu obsesi akan Akuntansi, entah karena aku begitu antusias akan profesi Akuntan, atau karena aku sangat mencintai Akuntansi. Bila ada yang membahas tentang Akuntansi, aku selalu menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya mendengarkan dan melihat, tapi otak dan hatiku juga meresapi setiap pembahasan yang berkaitan dengan Akuntansi. Namun saat ini aku bukanlah ahli Akuntansi. Aku hanyalah seorang bankir biasa, yang masih mengejar passionku. Aku hanyalah seorang mahasiswi kelas karyawan yang ingin terus mencari ilmu, bukan hanya ilmu untuk di dunia, tapi juga ilmu untuk bekalku di akhirat nanti.
     Kadang aku ingin menangis ketika aku merasa lelah, namun aku masih harus melanjutkan perjalanan dari Cianjur menuju Sukabumi untuk menuntut ilmu di malam hari. Atau ketika Ramadhan, tak jarang aku harus berbuka puasa di bus, teman setia yang selalu menemani perjalananku untuk berkuliah. Tetapi, aku harus tetap semangat demi mengejar impianku.
     Demi mengejar impianku itu, aku tidak selalu berjalan di atas tanah yang mulus. Terkadang banyak saja ranjau yang terkubur di tanah itu. Aku bekerja dari pagi sampai sore dan kuliah di malam hari. Tak jarang aku sering pulang larut malam, bahkan menginap di rumah teman. Semua itu ku perjuangkan demi satu kata "Akuntansi". Satu kata yang kuyakini akan membawaku kepada kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan untuk diriku, tapi juga untuk orang-orang di sekitarku, terutama keluarga.
     Aku tidak sedang terobsesi dengan Akuntansi. Aku hanya mencintai Akuntansi, karena itu profesi yang bisa kukembangkan. Terkadang aku ingin keluar dari zona nyamanku dalam Akuntansi, tapi aku juga ingin fokus terhadap cita-citaku itu. Namun, meski aku mencintai Akuntansi, tetap saja yang paling utama adalah mencintai Allah S.W.T.. Karena dengan mencintainya, semua akan terasa lebih mudah untukku menggapai apa yang aku butuhkan.

Jumat, 30 Agustus 2013

Kenapa terdapat rasa manis pada obat batuk?

     Kali ini aku akan membahas tentang sesuatu hal yang sangat menganggu kehidupanku, yakni batuk. Menurut Wikipedia, batuk bukanlah merupakan suatu penyakit. Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh pada saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan.
      Pada umumnya batuk disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu. Penyebab lainnya adalah karena alergi, asam atau tuberculosis, benda asing yang masuk ke dalam saluran napas, tersedak akibat minum susu, menghirup asap rokok dari orang sekitar (PEROKOK PASIF), dan disebabkan karena masalah emosi dan psikologis (batuk psikogenis).
     Bagiku hal yang paling menyebalkan adalah ketika batuk yang tiada henti. Alasannya karena lingkungan kita yang kurang sehat. Yang kemudian menimbulkan pertanyaan antara menjadi perokok aktif atau perokok pasif. Keduanya memiliki kerugian secara jasmani dan secara money. Kalau perokok aktif sudah pasti rugi karena merokok dapat menyebabkan gangguan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin (tertulis jelas pada kemasan rokok). Lalu harus mengeluarkan rupiah hanya karena memuaskan diri untuk penyakit-penyakit itu. Sedangkan perokok pasif lebih rugi lagi. Karena harus bernafas dengan asap berbahaya dari rokok dan akan lebih parah ketika mendapati penyakit yang disebabkan oleh asap tersebut.
     Di Indonesia, aku rasa sangat sulit untuk menghirup udara bebas. Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketegasan untuk para perokok. Seharusnya pemerintah memberi ruang untuk perokok dan bukan perokok. Tapi semoga saja para perokok mengerti keadaan orang-orang di sekitarnya dan mengetahui tempat yang seharusnya cocok untuk merokok.
     Kembali lagi ke permasalahan utama, yaitu tentang batuk. Hampir semua obat yang dimakan pasti mengandung rasa pahit. Tapi kenapa tidak dengan obat batuk? Obat batuk malah mengandung rasa manis. Menurutku justru yang manis itu yang berbahaya. Contohnya saja antara manusia yang langsung berkata pahit atau yang berkata manis tapi sebenarnya menyakitkan. Pasti kita lebih sakit hati karena buaian kata manis yang langsung mengena ke hati, ketimbang kata-kata pahit yang kadang bisa dimaklumi nurani. Dan kenapa terdapat rasa manis dalam obat batuk? Mungkin demi membunuh kuman-kuman yang berada di pernapasan, pertama kali yang dilakukan oleh obat batuk adalah dengan membuai kuman-kuman tersebut, padahal secara perlahan, obat-obat itu menyerang kuman-kuman dengan rasa manisnya.


NB: tulisan asal yang terlintas dibenak, jangan dianggap serius dan jangan dianggap becanda juga :)