Senin, 22 Desember 2014

Mamaku Obatku

Mama, kau begitu kuat melewati segala ujian hidup ini. Meski tak jarang bercucuran air mata tapi kau selalu bisa tegar. Kau adalah cahaya dalam hidupku. Ketika aku dalam kegelapan, dekapan dan doamu selalu menerangiku.
Mama, doamu adalah obat. Pelukanmu adalah penenang. Kasih sayangmu adalah kebahagiaan. Betapa tidak, kau selalu rela berkorban demi anakmu.
Mama, maafkan aku yang selalu merepotkanmu. Bahkan aku membuatmu menangis. Menangis karena mama sangat menyayangiku. Maafkan aku, Ma. Kesedihanku membuatmu menangis juga. Betapa mama menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Ah mama, aku tak bisa berkata banyak. Yang pasti doamu adalah obatku. Kasih sayangmu tiada terukur. Aku sangat menyayangimu. Doa terbaik selalu kupanjatkan untukmu.

Untuk seluruh ibu di dunia, selamat hari ibu ;)

Jumat, 19 Desember 2014

Tentang Wanita Biasa

Ada seseorang yang ketika pergi, dia mengambil sebagian dari hatimu. Setelahnya, hatimu tak utuh lagi. Bahkan dia tak mengerti tentang hati yang sudah tak utuh itu.
Entahlah apa namanya perasaan itu. Yang jelas, rasa itu menjadi pahit. Setiap hari lidahmu kelu. Setiap langkah terasa berat. Meski berulang kali kamu menata hati yang tinggal sebagian itu.
Tentang semua takdir, tentang rencana Tuhan. Lantas tak harus mematahkan semangat hidup. Bukan berarti perjuangan itu harus hilang dalam setiap doa. Meski kamu berusaha untuk meraih akhiratmu. Tapi bukankah kita juga perlu memperbaiki kehidupan dunia? Bukan melupakan dunia tapi menjadikan dunia sebagai jalan menuju akhiratmu?
Entahlah, aku bukan nabi, pun bukan malaikat. Aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna namun berusaha menjadi yang terbaik. Bukan berusaha menjadi yang sempurna karena hanyalah Allah yang sempurna.
Biarlah aku menyimpan rasa ini sendiri. Dan dalam hening malam kusebut namamu. Meski sehari satu kali, cukuplah bagiku mengingatmu. Karena aku tak ingin mengingatmu terlalu lama. Biarlah hanya Allah yang sering kusebut dalam detik hidupku.

Rabu, 17 Desember 2014

Belajar Ikhlas

Untuk kedua kalinya kuracik kejujuran menjadi sebuah tamparan. Tamparan yang besar terhadapnya dan menghujam jiwaku. Selama ini kita terlalu terlena akan cinta dunia. Kita terlalu yakin tentang kebersamaan. Sehingga kebersamaan itu membuat Allah cemburu. Allah cemburu karena kita selalu meminta yang terbaik untuk kebersamaan dan kita banyak menghabiskan waktu bersama. Sedangkan waktu bersama Allah tak sebanyak waktu kita berdua.
Kini ketika kenyataan lebih pahit dari yang telah direncanakan. Seharusnya aku lebih banyak bersyukur. Karena Allah menjaga cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada Allah. Sudah saatnya aku merehatkan pikiran tentang duniawi dan memikirkan masalah ukhrawi.
Betapa Allah sangat mencintaiku sehingga Dia cemburu dengan segala yang telah kulakukan saat ini. Dan aku hanya ingin mengobati rasa cemburu itu dengan selalu mengingat-Nya setiap saat, sampai kapanpun itu.
Sesungguhnya tidak ada rencana terindah dalam hidup ini kecuali rencana Allah. Aku selalu yakin, Allah memiliki alasan atas apa yang terjadi saat ini. Allah sedang mengajarkanku keikhlasan. Keikhlasan melepas seseorang yang sampai saat ini sangat kusayangi. Karena apa yang ada di dunia ini adalah milik-Nya. Pun diriku yang tak berhak menyombongkan diri karena aku adalah milik-Nya juga. Mencintai makhluk-Nya berarti belajar melepaskan.
Kini di tepi hati yang masih merasa luka. Aku merasa tak pantas meminta sesuatu kepada Allah. Aku hanya ingin mendapat keridhoan-Nya. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk-Nya.

Selasa, 04 November 2014

Sapu Tangan Bapak

Bapak, usiamu sudah larut. Namun semangatmu tak kunjung surut. Engkau lelaki yang tak pernah menyakitiku. Selalu berusaha menjagaku dengan ketulusan cintamu.
Meskipun aku sudah bukan lagi anak kecil. Kau masih saja menyentuhku dengan sayang.
Bapak, aku tahu kau memiliki cara tersendiri untuk menyayangi anakmu. Kau berbeda dari yang lainnya. Kau yang setiap hari mengingatkanku untuk makan.
Kini aku sudah besar. Aku masih saja membuatmu cemas. Setiap kali aku pulang malam, Kau yang selalu setia menungguku pulang dan tak tidur.
Kata Bapak, kebahagiaan orang tua bukan dengan harta. Tapi dengan memberi rasa tenang, tidak mencemaskan orang tua. Tapi apa yang kulakukan saat ini. Aku masih belum bisa membahagiakanmu. Aku masih sering membuatmu tak tenang.
Bapak, meski tak mewarisi harta. Tapi Bapak mewarisi logika yang sering bermain di otakku. Tak jarang omongan Bapak yang menjadi nyata.
Ketika Bapak tak suka dengan lelaki pilihanku, kenyataannya lelaki itu menyakitiku. Namun ketika kutemukan lelaki yang sabar, Kau pun merasakannya. Ikatan batin kita begitu kuat. Apa yang kurasakan selalu Bapak rasakan.
Bapak, maafkan aku. Meski Bapak sering marah, tapi Bapak selalu menjadi sapu tanganku. Marahnya Bapak adalah kasih sayang.
Bapak, terima kasih atas segala kasih sayang tulusmu. Selamat ulang tahun, Bapak. Tetaplah menyinari kehidupanku. Semoga Bapak sehat selalu. Semoga di kehidupan berikutnya kita akan berkumpul kembali. Aamiin.
I love BAPAK..

Senin, 03 November 2014

Surat dari Hati kepada Cinta

Setiap perjuangan pasti dihadapkan pada proses. Meski proses itu tak mudah, aku akan tetap terus berjuang, menikmati setiap prosesnya. Meski harus menguras air mata, aku akan tetap tersenyum.
Aku percaya, setiap peristiwa yang terjadi akan membuat aku semakin kuat. Aku adalah wanita tangguh dan mandiri. Walaupun tak jarang berderai air mata, tapi aku selalu kuat menghadapi segalanya.
Cinta, ketulusanmu selalu membuatmu sabar. Maka dari itu aku akan tegar. Seburuk apapun diriku, kau selalu setia menemaniku. Maka dari itu, aku akan berjuang mempertahankanmu.
Cinta, kesabaranmu menguatkanku. Aku tidak perlu memiliki segalanya. Cukup kau di sampingku, aku akan selalu bahagia. Kau membuatku menjadi wanita hebat. Maka dari itu aku kan menyetia dengan kesabaran pula.
Cinta, kita bagai sepasang tangan dan kaki. Selalu menggenggam dan melangkah bersama. Ketika salah satu kesakitan, yg satunya akan menjadi penopang dan merangkul yang sakit juga menjadi obat.
Cinta, perjuangan ini begitu indah meski terkadang aku merasa lelah. Kita sama-sama berjuang menikmati prosesnya.
Cinta, aku ingin selalu memelukmu.

Rabu, 27 Agustus 2014

Cara untuk Menikmati Hidup



Aku masih saja mengeluh tentang apa yang diraih saat ini. Padahal tidak semua orang bisa merasakan apa yang kuraih. Aku bisa merasakan indahnya kehidupan dengan ilmu yang dimiliki dan bersama orang-orang yang menyayangiku.
Meski aku masih saja merasa orang lain terlalu memanfaatkan apa yang kumiliki. Tapi di sisi lain ada sebuah kepuasan ketika aku bermanfaat untuk orang lain. Bahkan apa yang kucari saat ini begitu indah ketika aku bisa mendapatkanya untuk kemudian kubagi dengan orang lain.
Setiap manusia memang memiliki cara sendiri untuk menikmati hidupnya. Begitu pun dengan aku yang katakan saja adalah wanita malam karena kegiatanku mencari ilmu di waktu malam. Terkadang aku merasa lelah jikalau harus beraktifitas dari pagi sampai malam hari. Namun ada semangat yang setia menemaniku menuntut ilmu. Suasana malam perjalanan dari Cianjur menuju Sukabumi terasa lebih indah meski kadang dibumbui hujan lebat, juga jalan yang rusak dan macet.
“Semangatnya dibarengi dengan menjaga kesehatan. Semangat yang tinggi pun akan terhenti ketika kita sakit.” Kata seseorang yang aku sayang. Dan aku menelaah kata-katanya. Apa yang dikatakannya sangat benar. Dan aku pun mulai sadar diri. Dari balik semangatku ada orang-orang yang mencemaskanku. Meski aku menikmati apa yang kujalani, orang-orang yang menyayangiku begitu khawatir ketika aku kuliah di malam hari. Sekalipun aku berkata kalau aku baik-baik saja, mereka tetap bisa merasakannya tanpa perlu kita berbicara.
Aku merubah pola pikir menikmati hidup. Aku bisa saja menikmati hidup, tapi bagaimana dengan orang-orang yang menyayangiku? Apakah ketika aku menikmati hidup, mereka pun akan sama menikmati hidup? Jawabannya bisa iya ataupun tidak. Namun rasa cemasnya kepadaku tak bisa begitu saja hilang ketika mereka menikmati hidupnya. Dan caraku untuk menikmati hidup adalah dengan membahagiakan orang-orang yang aku sayangi. Contoh kecilnya adalah dengan selalu menjaga kesehatan. Cara lainnya adalah dengan selalu bersyukur dengan apapun yang didapat.

Selasa, 22 Juli 2014

Tentang aku, kamu, dan kita.

Terkadang aku merasa hidup ini tak adil. Namun aku terlalu salah untuk berpikir seperti itu. Ternyata Tuhan selalu memberi keadilan kepada setiap hamba-Nya. Tinggal bagaimana kita menyadari diri sendiri.

Teruntuk yang menyayangiku dengan tulus.
Terima kasih atas segala kasih sayang yang kau berikan kepadaku. Kehadiranmu memberi warna baru dalam setiap jejak langkahku. Kau membuat segalanya menjadi pelajaran yang sangat berharga. Rasa sayangmu sangat indah. Meluluhkan setiap keegoisan dan amarah.
Sayang, kau membuat kecemasan menjadi penantian yang indah. Kau membuat kekesalan menjadi sebuah pemahaman diri. Kau membuat amarah menjadi senyuman. Kau membuat ketakutan menjadi sebuah kekuatan. Kau membuatku memahami kehidupan bahwa segala yang negatif belum tentu buruk, bahwa apapun yang buruk bisa diperbaiki dengan sebuah proses yang indah.
Apa yang kau ucap menjadi semangat. Apa yang kau nikmati mengajarkanku untuk kunikmati juga. Karena kesakitan selalu ada dalam hidup ini, kau selalu memberiku semangat untuk menikmatinya. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun kondisinya, kini aku belajar untuk menikmati.
Karenamu, aku melupakan harapan kepadamu. Aku merubah tujuan harapanku. Aku lebih berharap kepada Tuhan yang menentukan takdir kita. Lewat doa aku menyayangimu. Dalam setiap sujud, selalu ada doa untukku, kamu, dan kita.
Aku yakin, Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Pun untuk kita yang sedang berjalan menemukan takdir cinta. Bagaimanapun masa depan kita, kita nikmati setiap prosesnya.
Kini aku tak cemas lagi tentang apa yang akan terjadi nanti. Karena yang terpenting adalah saat ini, saat di mana yang akan menentukan masa depan.

Sayang, semoga hidupku selalu sakinah bersamamu. Pun sebaliknya. Semoga kebahagiaan kita selalu terjaga. Bagaimana pun akhir dari cerita kita, semoga kita saling mensyukuri indahnya kasih sayang ini. Aamiin.

Rabu, 16 Juli 2014

Menjalin Hubungan Tanpa Status

Teruntuk insan-insan yang terjerat hubungan tanpa status.

Cinta dan kasih sayang bisa saja dicurahkan kepada siapapun yang kau mau tanpa bisa kau paksakan. Rasa itu bisa saja datang kepadanya yang juga merasakan hal yang sama denganmu, bahkan bisa juga datang kepadanya yang sama sekali tak pernah merasakan apa yang kau rasa.
Mungkin cinta adalah pilihan. Ketika kau tak menginginkan kehadirannya, kau bisa untuk tak memulai perasaan itu dengan tak di dekat seseorang yang mungkin bisa menjadi pencurahan hatimu. Tapi di sisi lain kita tak bisa mengarahkan cinta sesuai dengan keinginan hati.
Dan ketika kau jatuh pada cinta yang mungkin memang kau inginkan tapi yang terjadi tak sesuai dengan keinginan hatimu. Seseorang mencoba mengusik kehidupanmu tanpa sebuah tujuan yang pasti. Kau ingin pergi jauh darinya, namun kau tak sanggup untuk berpisah dengannya. Hingga kau memilih untuk diam, meski terkadang kau merasa tersakiti. Namun rasa sayang dan cintamu kepadanya lebih besar dari keegoisan dirimu. Yang terjadi, kau berusaha menikmati kebersamaanmu dengannya.
Mungkin sebagian orang menganggap ini gila. Ketika orang-orang di dekatmu dengan jelas memiliki status dalam hubungannya, sementara kau masih merelakan diri berhubungan tanpa status hanya demi kepuasan hati. Entah apa yang kau lihat ketika menjalani hubungan tanpa status. Yang kau tahu cinta itu indah dan kasih sayang yang tulus itu menenangkan hati. Kau mencoba melupakan mimpi dan berbahagia dalam kesamaran.
Kau yang menjalin hubungan tanpa status, kesabaran dan ketulusan cintamu begitu besar. Kau tak pernah menuntut apapun dalam hubungan. Karena kau hanya menginginkan dia bahagia bersamamu.

Minggu, 13 Juli 2014

Makna Kejujuran

     Kejujuran telah  membawaku pada ketenangan. Saat kusembunyikan apa yang ada pada diriku, aku merasa sangat tidak tenang. Namun ketika tiba waktunya aku memiliki kesempatan untuk berbicara, aku mengungkapkan semua tentang diriku. Mungkin terkadang kejujuran itu menyakitkan. Kejujuran itu menamparku juga dirinya. Kejujuran itu membuat kita dilema. Bahkan hampir saja membuatku egois.
     Malam itu ketika kita sama-sama kecewa. Aku pun tak bisa memperbaiki yang terjadi. Aku hanya bisa menangis dan berdoa. Karena apa yang terjadi tak mungkin terhapuskan. Tapi aku mencoba melupakan keegoisan diri. Aku pasrah dengan segala keputusannya. Karena itu adalah hak dia untuk melangkah. Aku tak bisa memaksanya untuk selalu bersamaku. Meski kita sama-sama berpikir bahwa Tuhan itu tak adil. Tapi ternyata Tuhan begitu adil, kita sama-sama tertampar oleh kejujuran itu.
     Sampai Tuhan memberikan waktu untuk kita berbicara langsung. Aku sempat ingin pergi darinya, tapi bagiku terasa berat untuk berpisah dengannnya. Meski aku berkata akan pergi jauh, hati ini tak membenarkan apa yang diucapkan. Antara hati dan ucapan tak sejalan.
     Dan akupun mengikuti apa yang diucapkannya. Kita jalani saja. Yah aku pun akhirnya berpikir demikian. Aku akan menjalani apa yang telah terjadi, namun dengan menghapuskan tujuan awal. Meski sesungguhnya aku masih menginginkan tujuan awal itu. Karena bagiku kebahagian sempurna dengannya adalah dengan menjadi yang halal untuknya.
     Aku sempat menyesal bisa dekat dengannya. Namun penyesalan itu tak akan merubah segalanya. Aku sungguh menyayanginya. Aku belum siap berpisah dengannya. Namun aku pun takut dia akan berpaling dariku. Aku sungguh belum bisa jikalau suatu hari nanti dia bersama wanita lain. Aku sangat belum siap dengan hal itu.
     Sampai aku terus berpikir. Dan kita menjalani hubungan yang mungkin tanpa status dan tujuan. Ternyata hatiku merasa damai ketika kita menyayangi tanpa alasan. Dunia terasa indah saat kita mengutamakan ketulusan dan keikhlasan. Apa yang dilakukan pun akan terasa sangat nyaman. Karena yang dilihat bukanlah tentang tujuan meski sebenarnya kita punya tujuan yang tak terungkapkan.
   Bahkan tentang sebuah rasa sayang yang didasari dengan ketulusan akan terasa sangat menenangkan hati. Ketika menyayangi seseorang tanpa berharap pada keinginan hati, yang dipikirkan bukanlah keinginan itu tapi bagaimana membuat seseorang itu nyaman dan bahagia berada di dekat kita. Kita pasti akan berusaha melupakan keinginan itu.
    Dan tentang harapan itu. Biarlah waktu yang akan menentukan bagaimana akhirnya. Karena Tuhan selalu menyiapkan hal yang indah untuk hamba-Nya. Yang penting adalah selalu berusaha, berdoa, dan berbaik sangka kepada Tuhan.

Sabtu, 12 Juli 2014

Kebahagiaan tak abadi

Tidak ada kebahagiaan yang abadi. Orang lain bisa egois kepadamu tapi tidak sebaliknya. Kamu bisa mengerti orang lain tapi tidak sebaliknya. Sekilas dunia ini tidak adil. Ketika kamu harus selalu mengalah dan merasakan kekalahan seorang diri.
Ketika kamu menemukan sandaran, bahkan kamu masih saja harus mengelus dada. Ketika ketulusan hanya sebuah kata tanpa dasar dalam hati. Ketika kamu dibuatnya jatuh hati, hanya cinta saja yang dibahas. Tanpa ada hal lain yang mengikutinya. Padahal kamu menginginkan kesejatian cinta.
Kamu pun selalu mengikuti keinginan orang lain tapi tidak sebaliknya. Ketika luka masa lalu menjadi luka yang baru di masa sekarang. Ketika takdir merubah keindahan di hadapan mata. Ketika harapan melebur karna kenyataan.
Bagaimana bisa kau bertahan dalam luka yang jelas sudah akan menghasilkan luka lagi. Ketika kau merasa dekat dan kau dijauhi. Ketika kamu mengenalnya tapi dia pura-pura tak tahu siapa kamu. Ketika dengan mudahnya dia menguatkanmu padahal dia menyakiti. Ketika kenyamanan berubah menjadi ancaman. Ketika manis hanya di depan hubungan. Kenyataannya dia tak bisa menerima.
Bagaimana mungkin kau menyimpan sayang. Ketika sayangmu adalah luka. Ketika rasa itu menghancurkan hidupmu. Bagaimana bisa kau diam di dekatnya. Ketika dengan jelas dia menolakmu. Ketika dia hanya ingin rasa sayangmu namun menghapuskan harapanmu.
Dasar kamu, hanya bisa menangis dan menyesali yang terjadi. Kejujuran itu memang menyakitkan, setidaknya mengurangi beban. Dan akhirnya kau tahu rasa tulus itu palsu karena dengan jelas dia tak bisa menerimamu apa adanya. Begitulah cinta, hanya sebuah rasa tanpa rangkaian kebahagiaan yang pasti.

Jumat, 20 Juni 2014

Cerpen "Bunga Dua Daun"


Aku ingin marah kepada Tuhan. Tuhan begitu tega membiarkanku dalam kondisi seperti ini. Aku mencintainya, namun aku tak pernah tahu bagaimana perasaanya. Dengan mudahnya Tuhan memperlihatkannya bermain kata dengan wanita lain. Seolah-olah dia mengabaikanku. Tuhan begitu sering membuat skenario patah hati untukku lewat orang yang kucintai. Sedangkan aku tak kuasa untuk berkata lagi kepadanya. Tuhan begitu tega membiarkanku selalu tahu apa yang dilakukannya.
Aku benci dengan keadaan ini. Padahal setiap waktu kusembah Tuhan, tapi kurasa Tuhan sedang tak ingin bersahabat denganku. Tuhan lebih suka membiarkanku menangis daripada tersenyum. Dan saat ini, Tuhan membiarkanku berada di dekatnya. Tapi kurasa Tuhan hanya memberi harapan semu untukku.
Wajahnya begitu dekat dalam pandangan. Sebelumnya aku tak pernah sedekat ini dengannya. Sama halnya seperti orang lain yang sedang jatuh cinta, jantung ini berdetak lebih kencang. Aku ingin sekali memandangnya lebih lama, tapi aku tak bisa. Wajahnya yang manis terlalu menyejukkan. Hingga kupalingkan pandangan darinya.
Sekuat hati kutahankan rasa. Sebuah rasa yang kupendam bertahun-tahun lamanya. Aku sungguh mencintainya dan ingin kusampaikan rasa ini padanya. Tapi takdir menahan semua kata. Rasa itu hanya bisa kusimpan dalam diam.
Dia begitu dekat. Mempesona. Dan itu membuatku merasa hampa. Kebersamaan bersamanya hanyalah sebuah luka. Karna aku tahu kebersamaan itu tak berlaku untuk hatiku yang mencintanya.
“Mawar, aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri,” Zaky mengelus-elus kepalaku kemudian ia merangkulku. “Aku selalu mendukungmu dan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”
Aku hanya bisa terdiam. Aku sudah tahu kalau dia hanya menganggapku sebagai adiknya. Tak lebih. Padahal aku selalu berharap lebih kepadanya.
Pandanganku tertuju ke hamparan tanaman teh. Aku tak ingin memandangnya. Cintaku seperti udara di sekitar. Dingin. Cinta ini begitu dingin, karena hanya aku yang merasakannya.
Sementara matahari mulai berpulang dan segera membiarkan malam menguasai bumi, aku masih saja terdiam.
“Kamu tahu kenapa daerah ini disebut gunung mas?” Zaky menggenggam tangan kananku.
“Entahlah.”
“Jawabannya, bisa kamu lihat sendiri.”
“Hmmh, ketika matahari tenggelam cahayanya menyorot hamparan teh di tempat ini?"
"Iya. Indah, kan?"
Sunset di gunung mas memang indah. Semua tanaman teh berubah menjadi hamparan emas. Tapi itu tak membuatku takjub. Karena hatiku yang tak seindah sunset.

* * *

Tuhan, dekatkanlah aku dengan pria yang kusayangi dalam hubungan halal yang Kau restui. Dan dekatkanlah aku dengan orang-orang yang dekat dengan-Mu. Jadikanlah aku seperti mereka.
Aku menuliskan kata-kata itu di kertas. Kemudian kumasukkan kertas itu ke dalam botol bekas air mineral. Begitu pun dengan Zaky. Ia menulis sesuatu di kertas. Namun kami saling tak mengetahui harapan apa yang kami tuliskan. Setelah itu aku melemparkan botol itu ke hamparan tanaman teh.
“Waktu sekolah, aku sering main ke tempat ini bersama teman-teman. Kami biasanya menerobos tanaman teh untuk sampai ke puncak. Sambil berjalan, sesekali kami berteriak, melepaskan penat. Dan setelah sampai di puncak, kami menuliskan harapan. Yah, seperti yang tadi kita lakukan.” ceritaku kepada Zaky.
Aku dan Zaky duduk di tepi puncak sambil memandang mesjid At-Ta'awun. Gantole. Yah aku menyebut tempat ini dengan nama Gantole. Tempat ini selalu membuatku merasa tenang. Aku bisa melupakan masalah yang kuhadapi, walaupun hanya sejenak. Zaky memang tepat membawaku ke puncak.
Dari atas sini aku bisa melihat tanaman teh yang terhampar luas dan hilir mudik kendaraan tanpa mendengar bisingnya. Menghirup udara yang begitu sejuk. Merasakan semilir angin. Ah, aku merasa sangat tenang.
"Mawar, sebenarnya aku masih ingin berdiam diri di sini, tapi sudah malam. Aku takut orang tuamu mencarimu. Kita pulang sekarang, ya!"
"Iya."
Sebenarnya aku juga masih ingin berdiam diri di sini. Tempat ini memang menenangkan, ditambah lagi ada Zaky di sampingku. Aku tak ingin pulang.

* * *

Udara puncak semakin terasa dingin. Kami melalui perjalanan ini dengan motor matik Zaky yang berwarna hitam. Aku merasa bahagia walaupun terasa sangat terluka. Aku tak akan melupakan kebersamaan yang singkat ini.
Zaky menghentikan laju motornya. Kemudian ia berbalik ke arahku.
"Kamu pasti kedinginan, kamu peluk aku saja!" Zaky menarik kedua tanganku hingga kedua tanganku beradu di depan perutnya. Lalu ia melajukan lagi motornya.
Ah, sial! Detak jantungku mulai berdetak lebih kencang lagi. Kupejamkan mata ini. Terasa sangat hangat. Kucium wangi tubuhnya di balik jaket kulit hitam yang ia pakai. Aku tak ingin melepaskan tangan ini. Aku ingin selamanya seperti ini.
“Aku ingin bersamamu, Zaky. Bukan sebagai sahabat ataupun sebagai seorang adik, tapi sebagai kekasihmu. Aku menginginkanmu. Dalam doa kusebut namamu. Yah, meski aku ingin marah kepada Tuhan. Tapi pada akhirnya hanya kepada Tuhan aku meminta keajaiban. Semoga saja ada keajaiban yang akan menyatukan kita. Semoga,” lirihku dalam hati.
Zaky kembali menghentikan laju motornya. Kali ini dia berhenti di salah satu toko serba ada.
"Karena hari kemarin kamu ulang tahun, aku ingin membelikanmu sesuatu. Kamu mau beli apa?"
"Gak usah! Aku tidak mau apa-apa."
"Ayolah!" Zaky menarikku dan membawaku masuk ke toko itu. "Kamu tinggal ambil apa saja yang kamu mau. Mau tas? Jam tangan? Atau baju? Ambil saja!"
Mataku mengitari toko itu. Aku memang tak berharap dibelikan sesuatu olehnya. Aku hanya berharap dia membalas cintaku.
Dan mataku tertuju pada satu benda yang disimpan di etalase di belakang toko. Aku berjalan ke arah etalase itu dan mengambilnya.
"Aku mau ini saja!"
Zaky tersenyum, "Iya. Lalu mau apa lagi?"
"Ini saja sudah cukup buatku."

* * *

Setelah berjalan-jalan bersama Zaky. Aku tak bisa tidur. Aku memikirkan kebersamaan bersamanya. Sepertinya aku sudah tak ingin marah lagi kepada Tuhan.
Jarum jam menunjukkan pukul 01.12 am. Aku masih belum bisa tidur. Kemudian kuambil air wudhu. Aku pun memakai barang yang tadi dibelikan Zaky, mukena berwarna putih dan bermotif bunga Mawar warna pink.
Aku sengaja memilih mukena sebagai kado ulang tahun dari Zaky. Karena kalau sepatu hanya dipakai di kaki, kalau baju hanya melindungi tubuhku ketika masih bisa dipakai, kalau jam tangan hanya sebagai pengingat waktu sedangkan aku tahu waktu pasti akan berhenti. Maka dari itu aku memilih mukena, karena agar aku selalu mengingat Tuhan ketika aku mengingatnya dan agar kurasakan selalu kehadirannya dalam setiap sujudku. Meski sudah pasti barang akan rusak, pun dengan mukena ini. Tapi keberkahannya tak akan pernah sirna meskipun aku tak memakainya lagi.
Dalam sujudku malam ini. Aku tak bisa memaksa takdir untuk berjalan sesuai dengan keinginanku. Aku sadar, rencana Tuhan lebih indah. Aku tak bisa marah kepada Tuhan yang pada kenyataannya Tuhan selalu menyayangi umatnya. Aku memang mencintainya, tapi sudah seharusnya aku hanya berharap kepada Tuhan.

* * *

Seperti biasanya, setiap sore aku duduk sendiri di bangku taman sambil membaca buku. Sejak dua tahun yang lalu, aku sudah terbiasa menyendiri tanpa seorang pria. Lebih tepatnya tanpa seorang kekasih. Sementara orang lain duduk di taman berduaan bersama pasangannya, aku hanya ditemani buku.
Aku tak peduli lagi dengan istilah pacaran. Apalagi pasca patah hati dua tahun yang lalu. Jikalau aku ingin mempunyai pasangan, aku ingin langsung mendapatkan suami yang menjadi imam bagi kehidupanku. Meski pada kenyataannya aku ingin Zaky menjadi kekasihku, tapi sesungguhnya aku ingin menjadi kekasihnya yang halal.
"Mawar!" bisik seseorang kepadaku.
Aku menoleh ke arahnya, "Ilham!"
Ilham duduk di sampingku. "Ini kado untukmu. Tak seberapa sih, tapi semoga saja kamu suka," Ilham menyodorkan sekotak kado berukuran 15x20 cm yang dibungkus dengan kertas kado bergambar bunga mawar warna pink.
"Terima kasih!" aku menyimpan kadonya ke dalam tas.
"Aku sama Zaky mau makan sop duren. Kamu mau ikut?"
"Zaky?"
"Iya, Zaky!"
"Mana Zaky?"
"Aku di belakang kamu, adeku yang unyu tapi kadang nyebelin," kata Zaky sambil mencubit kedua pipiku dari arah belakang.
"Aduh Zaky! Pipiku sudah chubby, jangan ditarik lagi dong! Nanti pipiku makin kayak bakpau aja!" aku melepaskan cubitan Zaky.
Ilham menertawakanku dan Zaky. "Kalian kenapa, sih? Aku perhatikan kalian jarang banget akur. Tapi aneh deh, padahal kalian kan suka saling curhat?!"
"Kemarin kita akur, kok!"
"Kemarin?" tanya Ilham keheranan.
Ups! Aku keceplosan bilang kemarin. Untung saja keceplosanku tidak bablas sampai membahas perjalananku bersama Zaky.
"Euh, iya kita akur. Soalnya Zaky curhat masalah cewenya. Dia lagi galau. Jadi aku enggak berani becandain dia." Aku terpaksa berbohong kepada Ilham. Karena kalau Ilham tahu aku jalan berdua bersama Zaky ke puncak, Ilham pasti patah hati.
"Aku galau karena kamu juga, Mawar," Zaky mencubit kedua pipiku lagi. "Abisnya aku nungguin kamu jadian sama Ilham."
"Loh, kok gitu?" aku berteriak di telinga Zaky.
"Aku sudah lama dekat sama Ilham. Ilham ini sahabatku yang paling baik. Aku pasti senang kalau kalian jadian."
Kring. Kring. Kring.
Ponselku berdering tanda panggilan masuk. Mama. Mama meneleponku di saat yang tepat.
"Tunggu sebentar, ya!" aku mengangkat telepon dari mama dan menghindar dari Zaky dan Ilham.
Setelah beberapa menit, aku pun kembali duduk di bangku taman. Aku duduk di antara Zaky dan Ilham.
"Ilham, Zaky! Maaf aku tidak bisa ikut bersama kalian. Mama menyuruhku untuk segera pulang."
" Iya, Mawar. Tidak apa-apa," jawab Ilham, lesu.
"Kamu pulangnya diantar Ilham saja!" Zaky menepuk pundah Ilham.
"Aku pulang sendiri saja. Aku duluan, ya!"

* * *

Aku terpaksa berbohong kepada Zaky dan Ilham. Tadi sore mama tidak menyuruhku untuk segera pulang, mama hanya titip dibelikan susu murni kalau aku pulang. Aku tidak bisa jalan bersama Zaky dan Ilham secara berbarengan.
Aku mencintai Zaky, tapi disaat yang sama Ilham mencintaku. Cintaku malah dibalas oleh sahabatnya. Aku tidak bisa egois memaksa Zaky untuk mencintaku. Karena bila kita bersama, aku akan merusak persahabatan yang dijalinnya selama belasan tahun bersama Ilham.
 Aku benar-benar menyerah kepada takdir. Kupasrahkan takdir cintaku kepada Tuhan yang akan memutuskan. Aku percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untukku.
 Kalaupun Zaky sebenarnya membalas cintaku, sangat kecil kemungkinannya untuk kita bersama. Kecuali Tuhan telah menuliskan takdir cintaku harus bersama Zaky.
 Kini lewat doa kurindukannya. Aku mencoba mengikhlaskan cinta. Jika berjodoh, Tuhan pasti memudahkan segala urusanku dengannya.
Zaky, mukena ini akan selalu menjadi saksi cintaku kepadamu. Meskipun pada akhirnya kita tak bersama dan kita tak bertemu lagi, aku akan selalu merasa bahwa kau selalu mengiringi langkahku dalam setiap perjalanananku bersama Tuhan. Dan aku akan ikhlas menerima apapun yang Tuhan putuskan. Aku mencintaimu, Zaky.


Cerpen "Bunga Dua Daun" diadaptasi dari puisi "Bunga Dua Daun"

Selasa, 17 Juni 2014

Tentang Sebuah Keajaiban

Pernahkah kau merasa asing pada suatu tempat yang kau pijak hampir setiap hari. Bahkan tempat itu bagaikan rumah keduamu. Kau merasa beda seorang diri. Sementara yang lain masih saja mencercamu. Tapi kau masih saja terdiam dan menangis di belakang mereka. Kau selalu ingin menyerah tapi kau pun ingin terus berjuang.
Apa yang kau rasa begitu sangat berat. Karena kau harus menjadi orang lain. Lebih tepatnya kau harus bisa menjadi apapun. Tak jarang kau dimaki dan dicaci. Namun kau berusaha untuk tegar dan selalu kuat menjalani. Apapun yang terjadi, kau harus selalu tersenyum.
Kau pun berjalan dari masa lalu yang tak indah. Sebuah masa yang memperlakukanmu dengan kelam. Masa lalu yang membuatmu hampir saja mati karena kebodohan yang menjadi dasar putus asa. Negatif. Tak terpuji. Dan tentang semua yang tak baik.
Bahkan sebenarnya kau pun merangkak menuju tempat yang setidaknya sedikit lebih baik. Hingga kau menemukan satu celah kebahagiaan menuju impian. Kau masih saja harus mengelus dada dan mengucurkan air mata.
Hingga kau tahu apa yang kau rasakan saat itu sudah terbalaskan oleh Tuhan, meskipun kau tak mendendam. Kau masih saja merangkak. Kau buang jauh segala keinginan demi kebutuhan. Namun waktu mencintaimu jua. Apa yang kau inginkan perlahan-lahan diberikan oleh Tuhan. Dan air mata yang mengalir adalah kebahagiaan.
Keajaiban pun selalu datang memelukmu. Mencumbu waktu untuk impianmu. Apa yang terjadi saat ini berlainan dengan masa lalu. Kau bisa bangkit dan mulai berjalan. Apa yang kau dapat lebih dari harapan yang kau baca di masa lampau. Dari dasar menuju puncak. Meski belum mencapai puncak tertinggi.
Kau adalah wanita yang berusia muda. Kau selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk siapapun. Meski masih saja ada keluhan, tapi kau begitu kuat. Hidup ini memang tak mudah tapi tak sulit. Karena apa yang terjadi padamu, kau pasti bisa melaluinya. Tuhan lebih tahu apa yang harus terjadi pada hidup kita. Kita tinggal menjalani dan mensyukuri.