Sabtu, 29 Maret 2014

Dia yang Bercerita

     Seseorang bercerita kepadaku. Tentang cinta. Sebuah rasa yang sama sekali tidak kumengerti. Katanya dia terlibat dengan beberapa hati. Bahkan dia pun merasa tersesat dalam takdir cinta. Dia tak pernah tahu tentang perasaannya sendiri.
     Mungkin saja dia penakut. Masa lalu yang gelap membuatnya menjadi super penakut. Dia tak pernah menyangka kisahnya akan seperti ini. Ya, memang manusia tak pernah tahu tentang kehidupannya di masa depan.
     Sekalipun dia mencintai seseorang, dia akan menyembunyikannya. Dia akan bercinta dengan diam.
     Dalam kelunya lidah, dia bercerita kepadaku. Hatinya tak bernyawa. Maka dari itu, dia tak bisa berjalan bersama hati yang sekarat.
     Dia tak merasa sepi. Dia merasa ramai dan terlelap dalam keramaian itu. Tapi dia buta. Dia tak bisa melihat jalan mana yang benar.
    Kini dia memilih diam daripada harus menyakiti. Karna dia tak pernah bermaksud untuk menyakiti siapapun. Mungkin saja dia salah. Salah besar. Dia terlalu munafik menyembunyikan maksud hati. Dan dia memutuskan untuk mengakhiri. Siapapun. Kecuali takdir.

Minggu, 23 Maret 2014

Radar Jodoh Menjangkau yang Tidak Terduga


Hidup ini penuh keajaiban, sahabat. Setelah sekian lama tak berjumpa, pertemuan hari ini bersamamu membuatku iri. Iri untuk segera mendapatkan imam di hidupku. Tapi ceritamu bersama suamimu, membuatku tercengang. Betapa ajaibnya takdir Tuhan, menjadikan nyata segala hal yang tak terduga.
Dari rasa patah menjadi berkah. Begitulah nasib cintamu. Kamu telah berlayar dan singgah di beberapa hati. Tapi nyatanya, seseorang yang tak pernah kamu temui adalah pelabuhan hatimu. Meski kamu berdiam di Depok dan dia di Lampung, jarak tak menjadi penghalang bagi radar jodohmu. Seseorang yang Tuhan persiapkan untukmu begitu jauh dari jangkauan mata, tetapi radar jodoh dengan mudahnya menyatukan kalian.
Sungguh, takdir Tuhan itu selalu mengejutkan. Dirimu yang semula berbicara di balik kata "iseng", kini berubah menjadi keseriusan. Pertemuanmu di dunia maya menjadi sah di dunia nyata.
Facebook yang bukan sekadar buku muka, menjadi jembatanmu menggapai pernikahan. Dari sebuah grup di Facebook, Tuhan mempertemukanmu dengannya. Sampai komunikasi pun terjalin selama satu bulan. Begitulah ceritamu kepadaku.
Kesalutanku padamu adalah tentang keyakinan dan kemantapan hati. Meski baru mengenalnya selama sebulan, bahkan kamu belum pernah bertatapan muka di dunia nyata, kamu memutuskan untuk menyerahkan kehidupanmu kepadanya.
Kini kamu dan dia telah halal menjalin percintaan. Membuatku semakin iri karena gaya pacaranmu berlangsung setelah menikah. Seperti apa yang telah dikatakan suamimu di hadapanku, dia berjanji untuk menuntun hidupmu. Tidak hanya untuk satu atau dua hari saja, tapi untuk selamanya. Bagaimana pun kamu, dia tetap menerima, karena kamu adalah istrinya.
Kamu pun berkata kepadaku, enaknya pacaran setelah menikah. Shalat berjamaah berdua dengan suami membuat hatimu tenang. Ah, kamu selalu membuatku iri!
Selamat menempuh hidup baru untuk sahabatku. Semoga pernikahanmu penuh berkah. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.