Senin, 06 Mei 2013

PERNIKAHAN SEPUPUKU Part 1

     Hari Minggu kemarin, aku sudah menjadwalkan waktu untuk menulis. Namun, jadwal itu seketika berubah total. Pagi hari aku dan keluargaku berjalan-jalan ke lapang joglo. Setelah itu aku bergegas untuk pergi ke rumah sepupuku yang akan menikah. Baru sampai di rumahnya, aku dan sepupuku langsung berangkat menuju salon Praba Sarira. Aku mengantar sepupuku untuk perawatan medi pedi. Aku duduk di bangku yang antik yang ada di salon. Salonnya enak, terasa sangat sejuk dengan hiasan pepohonan. Tidak hanya suasana sejuk yang ku temukan di sana, aku juga merasakan suasana penuh mistis dengan boneka-boneka barbie yang dipajang. Bonekanya terlihat menyeramkan. Aku jadi membayangkan bagaimana kalau boneka-boneka itu hidup seperti dalam film "Chucky" yang pernah ku tonton kala aku masih sekolah di SD.
     Selesai perawatan kuku tangan dan kaki, kami melanjutkan perjalanan menuju salah satu rumah teman sepupuku. Sepupuku berniat untuk memakai masker wajah dibantu oleh temannya. Alhasil, aku pun ikut maskeran bersamanya.
      Kami berdua melanjutkan hari untuk kembali ke rumah sepupuku. Suasana sudah semakin ramai dengan orang-orang yang mempersiapkan acara pernikahannya. Aku ikut sedikit menyumbangkan tenaga. Namun aku merasa lelah dan ingin beristirahat. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku beristirahat sejenak.
     Waktu menjelang sore. Tumben-tumbennya aku mandi sore. Aku mendengar suara berisik ketika sedang mandi, ternyata kakak pertamaku yang tinggal di Bekasi telah hadir di rumah kecilku bersama keluarga kecilnya. Aku kira mereka tidak akan menghadiri acara pernikahan sepupuku. Ternyata mereka memberi kejutan kepadaku dan keluarga.
    Tak banyak berbincang-bincang bersama keluarga kecil kakak pertamaku. Aku dan Mama pergi ke rumah sepupuku. Niatnya kami ingin bantu-bantu di sana. Kami berjalan berdua menyusuri jalanan yang cukup terjal (lebayyy dikit, ah ). Sesampainya di sana, kami mengobrol sebentar, setelah itu aku dan sepupu laki-lakiku pergi ke salon untuk menukarkan baju kebaya yang akan dipakai oleh besanan bibiku.
Aku dan dia melewati jalan Cikaret Hilir. Kami terus menyusuri perjalanan yang lumayan jauh, membuat pantatku merasa pegal saja. Kami terus melewati wilayah yang sedikit ku kenal sampai kami melewati jalan yang dihuni oleh dua anjing yang bergonggong keras.
     Ini seperti uji nyali ketika kami harus melewati anjing-anjing itu. Aku berteriak ketika motor kami dihampiri oleh salah satu anjing itu. Sungguh, dasar anjing!!! (memang anjing, sieh) Setelah berhasil melewati anjing itu, jantungku masih berolahraga dengan kencangnya. Aku masih trauma membayangkan anjing-anjing itu menganga seperti ingin memakan bagian-bagian dari tubuhku. Untung saja kami tidak menjadi santapan anjing kanibal itu.
      Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, kami pun sampai di salon yang dituju. Ternyata di salon itu ada kucing. Kucing itu terus mendekatiku, mungkin dia ingin berkenalan denganku. Tapi sayangnya, aku sedang tidak ingin diajak kenalan. Apalagi sama kucing seperti dia, aku kan takut kucing.
Semua urusan di salon telah selesai, aku dan saudaraku kembali pulang. Kehebohan tidak berhenti sampai waktu itu. Sang Mantan sepupuku berkunjung ke rumah sepupuku. Takut terjadi sesuatu dengan sepupuku, Oma menangis dan riweuh teu puguh. Aku disuruh melihat sepupuku yang mengantarkan mantannya pulang sampai ke depan.
     Sepupuku tak ku dapat, tapi malu yang kudapat. Sepupuku ada di teras rumah Oma dan sedang mengotak-ngatik laptopnya. Hadeuh, memang hari yang melelahkan. Sampai aku mau pulang pun, aku tidak melihat sosok merah "Angry Bird" dari sandalku. Aku bolak-balik mencarinya, tapi aku tidak jua menemukannya. Setelah itu aku memutuskan untuk memakai sandal lain yang ada di halaman rumah Oma. Ketika aku mulai berjalan, ternyata sandalnya putus. Terpaksa aku kembali ke rumah Oma dan memakai sandal lain.
      Sampai di rumah, aku menemukan sandalku. Adikku yang memakai sandal itu, sedangkan sandalnya ia tanggalkan di halaman rumah Oma. Adikku marah karena aku tidak memakai sandalnya. Dasar adik kecil, seharusnya aku yang marah karena dia yang memakai sandalku. Ya sudahlah, aku hanya bisa menahan angin yang ku hirup. Hari yang cukup melelahkan. :)

0 komentar: