Jumat, 30 Mei 2014

Merelakan Diri menjadi Relawan di Cianjur



Ketika lulus sekolah, yang dipikirkan itu ingin merantau. Aku ingin meraih kesuksesan di luar kota. Sampai kota pertama yang kusinggahi adalah kota Bekasi dan tujuan pekerjaannya adalah di Jakarta.
Aku pun bekerja pada salah satu pabrik di Jakarta. Posisi pekerjaanku lumayan enak. Aku ditempatkan di kantornya. Entah apa yang membuatku bisa diterima bekerja di sana. Yang pasti ketika dites komputer, aku bisa menyelesaikannya dan ketika dites berbicara bahasa Inggris aku bisa berkomunikasi langsung dengan orang asing yang menjadi atasanku. Padahal aku rasa bahasa Inggrisku pasif, tapi menurutnya aktif.
Tapi aku hanya bertahan bekerja selama 4 hari. Aku tidak kuat dengan kondisi Jakarta yang panas dan selalu macet. Aku berangkat kerja pagi dan pulang malam. Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan yang seperti itu. Lalu kuputuskan untuk kembali ke Cianjur.
Perjuangan merantauku tidak berhenti sampai di sana. Aku berusaha untuk mencari pekerjaan di wilayah Bogor. Namun aku tak berhasil mendapatkan pekerjaan di sana. Pada akhirnya aku memilih Sukabumi sebagai kota terakhir dari perantauanku.
Namun setelah dua tahun tinggal di Sukabumi, aku memutuskan untuk kembali ke Cianjur. Takdir membawaku pada salah satu BPR swasta di Cianjur. Perjalananku menuju kesuksesan tinggal selangkah lagi. Di tempat ini aku menggapai passionku. Posisi yang pas di perusahaan membuatku bertahan. Walaupun banyak rintangan dan hambatan yang tak jarang membuatku menangis.
Dari tempat ini aku belajar banyak hal. Aku pun bisa mewujudkan mimpiku, sedikit demi sedikit. Aku bisa mewujudkan mimpiku sebagai seorang akuntan dan penulis. Hingga kutersadar, hidup ini tidak hanya untuk menggapai keinginanku saja.
Aku memikirkan apa yang bisa kuberikan untuk orang-orang di sekitarku. Aku pun berniat untuk mengenalkan Cianjur ke seluruh penjuru dunia lewat tulisan. Aku merasa sejauh apapun aku pergi, tempat kelahiran adalah tempat ternyaman dan terbaik untukku.
Aku mencoba untuk menggali informasi tentang Cianjur di internet. Namun dengan browsing saja tidak cukup untukku mengenal Cianjur. Tuhan terlalu sayang kepadaku. Aku dipertemukan dengan orang-orang yang bergerak di komunitas. Aku bertemu dengan Nuron Aby dan merembet, dipertemukan dengan Relawan TIK Cianjur.
Sekarang aku mulai aktif menjadi Relawan TIK Cianjur bersama Kang Dobelden dan teman-teman yang lainnya. Tidak hanya itu, aku pun bergabung menjadi Relawan Akber (Akademi Berbagi) Cianjur. Tujuan utama aku menjadi relawan, aku ingin bermanfaat untuk orang lain. Karena hidup itu tidak hanya untuk diri sendiri, hidup itu untuk orang lain juga. Sudah takdirnya manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang saling melengkapi satu sama lain.
Bersama relawan-relawan ini, aku ingin Cianjur bisa dikenal. Potensi yang dimiliki Cianjur itu begitu banyak, kalau tidak orang Cianjur sendiri yang mengenalkannya, mau siapa lagi? Aku juga ingin Cianjur bisa lebih hidup, dengan kegiatan positif. Di tengah banyaknya pemberitaan negatif tentang perilaku manusia, aku ingin Cianjur bisa muncul dengan pemberitaan positif. Komunitas-komunitas ini bisa menjadi wadah untuk mengarahkan warga ke arah yang lebih baik.
Oh iya, meskipun aku baru kenal dengan teman-teman relawan, aku merasa sudah sangat dekat dengan mereka. Rasa kekeluargaannya begitu hangat. Setelah seminggu bekerja, dan cukup hari libur bertemu dengan teman-teman, bisa mengobati kejenuhanku menjalani hari. Selalu ada tawa di sela-sela pertemuan. Dan aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang merelakan dirinya menjadi relawan. Love you all, my new family! Let’s take a chance for our city, Cianjur!

Senin, 12 Mei 2014

Nasi Liwet Instan Pandanwangi asal Cianjur



Kemarin aku, Kang Yusuf dan Sadam, bertandang ke rumah produksi Nasi Liwet Instan Pandanwangi yang terletak di Kp. Tangkil Kidul, Babakan Karet, Cianjur. Awalnya kami mengira nasi liwet instan itu berbentuk nasi yang sudah siap makan. Ternyata dugaan kami salah, nasi liwet instan itu masih berbentuk beras dan dikemas lengkap dengan bumbu dan pelengkap lainnya.
Nasi liwet instan pandanwangi itu dikelola oleh tiga orang wirausahawan muda, yakni Riza, Mario, dan Maman. Kesan pertama ketika memasuki rumah produksinya, dindingnya diramaikan dengan berbagai macam tulisan. Kami melihat papan white board yang digunakan untuk menuliskan target produksi dan sebuah motto yang bertuliskan “Lebih baik capek kerja daripada capek cari kerja”. Dari motto itu aku menyimpulkan bahwa mereka adalah pekerja keras. Terbukti dengan hasil produksinya yang bisa mencapai ribuan setiap minggunya dan omset yang dicapai pun bisa mencapai puluhan juta setiap bulannya. Bahkan pemasaran produknya sudah sampai ke mancanegara.
Menyimak setiap perbincangan bersama salah satu pengelolanya, Riza, motivasinya sangat tinggi. Tak jarang ia mengalami kegagalan dalam usahanya, bahkan ia pun pernah menjadi seorang pekerja. Namun ia memilih untuk berwirausaha. Tekad dan keyakinannya begitu kuat untuk berwirausaha. Dan komitmennya pun tanpa nanti dan tapi. Mungkin memang passionnya juga di situ.
Setelah selesai berbincang-bincang seru. Aku dan kedua temanku mempraktikkan langsung cara penyajiannya. Dan cara penyajiannya memang mudah, apalagi dengan menggunakan rice cooker. Pertama kita masukan nasi ke rice cooker, lalu diisi air sekitar tiga gelas atau 600 cc. Setelah itu, masukan bumbu dan pelengkap lainnya, kemudian diaduk sampai bumbu merata. Setelah itu kita tinggal menunggu nasi sampai matang.
Nasi liwet instan ini sangat cocok untuk yang tidak bisa memasak (kayak aku). Karena tak perlu lagi repot-repot memperkirakan bumbu yang pas. Bumbu, rempah-rempah dan minyaknya sudah tersedia dan disesuaikan dengan banyaknya beras. Pokoknya sangat simpel untuk membuat nasi liwet ini. Secara namanya juga nasi liwet instan, otomatis penyajiannya pun simpel.
Ada lima pilihan rasa nasi liwet pandanwangi, yaitu cumi, jengkol, ikan teri, ikan jambal dan original. Satu kemasannya berisi 250 gram beras pandanwangi, untuk tiga sampai empat porsi makan. Harganya pun terjangkau, perbungkusnya dibrandol Rp 20.000,00. Rasanya pun tak mengecewakan. Enaknya disajikan di daun pisang dan disantap dengan suasana perkampungan. Nasi liwet pandanwangi ini racikan tradisional tapi rasanya internasional (maaf agak lebai, tapi memang enak).
Pokoknya nasi liwet pandanwangi ini recommended banget untuk yang sedang bepergian atau yang sedang merantau dan ingin menyantap nasi liwet. Karena produk ini asli simpelnya, memang cocok untuk dibawa bepergian.

Untuk Kang Riza, Kang Mario dan Kang Maman, hatur nuhun udah nampung aku dan kedua temanku yang sedikit riweuh. Nasi liwetnya mantap. Lain kali kami main lagi ke sana. *kode (hehe).
Semangat mereka benar-benar memotivasi. Serius, ngobrol sama mereka itu santai tapi berbobot. (ecieee) Seperti kata Kang Riza, “Boleh nakal, asal jangan kriminal!” Pemikiran mereka memang “nakal” dalam berbisnis, tapi nakalnya dalam jalur positif. Sukses terus deh untuk nasi liwet instan pandanwangi. Semoga semakin jauh lebih berkembang. Amin. :) :D

Contact Person Nasi Liwet Instan Pandanwangi:
-          Maman                  0857 9345 8470
-          Mario                    0857 6901 0676

E-mail                    : nasipandanwangi@gmail.com
Facebook               : nasipandanwangi
Twitter                   : @liwetna