Seminggu
kemarin memberi banyak arti dalam perjalanan karirku. Menjelang sore, tim
auditor dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) datang secara tiba-tiba. Mereka membuat
kami gemetar. Aku pun tak tenang dibuatnya, karena aku memperkirakan mereka
akan datang minggu depan. Namun perkiraanku meleset, sehingga membuatku stress
berat.
Kalau tidak
ada salah, pasti akan tenang menghadapinya. Aku memang tidak ada salah, tapi
banyak masalah. Kerjaanku belum semuanya selesai, masih terbengkalai. Kedatangan
tim auditor membuatku tidak tenang.
Hari pertama
kedatangan mereka ke kantor, membuat kami bekerja ekstra. Kami pulang malam
demi memenuhi permintaan data dari auditor.
Hari-hari
audit pun mulai berjalan. Aku benar-benar dibuat stress. Banyak data yang
diminta dan tak terpenuhi. Pertanyaan-pertanyaan mereka pun tak bisa aku jawab.
Audit kali ini sangat berbeda dengan audit tahun lalu, ketika auditornya
berasal dari BI (Bank Indonesia). Audit tahun ini seolah-olah adalah beban
buatku.
Perbedaan audit
tahun lalu dengan sekarang adalah masalah kesiapan diri. Tahun kemarin aku
sudah mempersiapkan diri dengan mengumpulkan data yang pasti diminta auditor
dan tentang laporan yang kupelajari historinya. Sedangkan tahun sekarang, tak
ada persiapan apapun. Malahan pekerjaan akhir tahun masih menumpuk sampai saat
ini. Ketika tahun lalu, aku yang sering dipanggil auditor. Di ruangan auditor
pun tak hanya berbicara tentang masalah kantor, kami masih bisa santai dengan
membicarakan hal-hal lainnya. Para auditor memberi motivasi dan masukan
kepadaku. Karena mereka tahu tentang diriku yang masih mencari ilmu. Aku pun
masih bisa menjawab setiap pertanyaan mereka dan membenarkan kesalahan dari mereka
tentang laporan. Alhasil, temuan pun tidak terlalu membludak.
Tahun sekarang,
temuan membludak dan hampir membuat kepalaku ikut pecah. Aku tidak kuat
menjalani ini. Kinerjaku tahun ini menurun. Aku bisa bekerja di bawah tekanan,
tapi aku tidak bisa menyelesaikan semua pekerjaan seorang diri. Sepintar dan
secerdas apapun diriku, pasti ada batas kemampuannya.
Seminggu
kemarin, aku susah tidur. Aku memikirkan apa yang terjadi pada diriku saat ini.
Aku belum bekerja dengan maksimal. Jauh dari kata sempurna. Aku merasa sedih
dengan kondisi saat ini. Sampai aku ingin berhenti berjuang di tempat ini. Sampai
emosi menghantarkanku pada kejenuhan. Tapi aku berpikir kembali, aku masih
kuliah dan masih banyak yang ingin aku pelajari. Inilah proses yang mahal itu. Ketika
kamu terjatuh, bagaimana caramu untuk kembali berdiri. Seandainya aku bekerja
di kantor yang jauh dari masalah dan sudah tertata rapi, aku tak akan pernah
mengenal proses dan mengerti cara menjadi sukses.
Di tempat
inilah aku belajar tentang proses itu. Membangun sebuah perusahaan tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Aku harus bisa bertahan di tempat ini. Setidaknya
ketika aku berhenti bekerja di sini, aku sudah memberikan yang terbaik untuk
perusahaan dengan membereskan semua masalah yang terjadi.
Aku pikir,
bekerja itu tidak selalu untuk mengejar materi. Kalau aku ingin dibayar lebih,
aku pun harus memperhatikan tentang apa yang aku berikan untuk perusahaan. Bekerja
itu tidak harus menuntut. Bekerja itu adalah tentang sebuah ketulusan dan
keikhlasan.
Dari audit
tahun ini, aku mengaji diri. Aku masih sering mengeluh dan malas dalam bekerja.
Aku tak bisa mengendalikan diri. Sampai aku tersadar, betapa buruknya diriku. Dengan
kejadian ini pula, aku sadar bahwa Tuhan sangat menyayangiku. Tuhan memberiku
masalah seberat ini agar aku mengerti tentang sebuah jalan menuju kesuksesan. Karena
Tuhan tak pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya, aku yakin
kalau aku mampu menyelesaikan semua ini. Aku akan bertahan di tempat ini dan
berjuang semampuku. Aku rela dimanfaatkan demi hal yang positif. Aku tidak akan
menyerah!!!