Malam ini kutuliskan
catatan pertamaku di bulan April, sebagai pembuka bulan spesial bagiku. Aku sengaja
memilih Bapak. Karena Bapak adalah pemimpin keluarga yang terkadang tak menjadi
pemimpin.
Bapak,
rambutmu yang memutih membuatku semakin menyayangimu. Lelaki terhebat yang selalu
mencemaskanku. Bahkan sebelum aku terlahir ke dunia ini. Bapak sangat
mengharapkanku untuk hidup dan tumbuh bersamamu. Tak heran mengapa kini Bapak
begitu menyayangiku. Karena Bapak begitu menginginkanku.
Bapak, setiap
laranganmu adalah sebuah petuah. Setiap obrolanmu adalah kenyataan. Tak jarang
aku melanggar apa yang Bapak mau. Aku selalu percaya pada diri sendiri dan
mengacuhkanmu. Namun, pada akhirnya malah aku yang terluka sendiri.
Bapak, aku
tahu Bapak ingin menggendong bayi yang terlahir dari rahimku. Namun aku belum
juga menjadi yang halal bagi siapapun. Dan Bapak selalu mencemaskanku di saat
malam minggu aku sendiri dan hatiku tak jua membuka hati untuk seorang pria.
Betapa Bapak
sangat menyayangiku, sehingga Bapak tak pernah rela anakmu ini disakiti orang
lain. Saat aku patah hati karna seorang pria, dan aku berkata aku ingin
meninggal, Bapak malah berkata, ingin meninggal juga. Karena Bapak merasa
percuma hidup tanpa diriku.
Dan ketika ada
yang menjodohkanku, Bapak malah memarahi orang itu. Karena Bapak tak
menginginkan perjodohan yang memaksaku. Bapak begitu memperhatikan hatiku. Bahkan
ketika aku sedang menangis, Bapak tahu kalau aku sedang bersedih padahal kita
berada di kota yang berbeda dan aku tak pernah memberitahu siapapun. Feeling Bapak begitu
kuat kepadaku. Setiap laranganmu adalah kasih sayangmu kepadaku. Namun aku masih saja membantah perkataanmu.
Bapak selalu
ada di saat aku membutuhkan. Bapak yang selalu menyediakan sarapan dan makanan
sepulang kerja, tak pernah lelah membahagiakanku. Sampai saat ini pun Bapak
selalu menuruti kemauanku. Aku yang memang sangat manja. Bahkan ketika aku
bertengkar dengan Ade, Bapak selalu membelaku. Sampai Ade
merasa iri kepadaku.
Bapak, aku
merasa kacau ketika hari kemarin kudengar kau tertubruk mobil. Aku khawatir
akan kondisimu. Di belakangmu aku menangis karena aku tak ingin memperlihatkan
kesedihanku di hadapanmu. Namun walaupun terluka, Bapak selalu terlihat kuat.
Ketika aku
mengantarmu ke dokter, Bapak berkata kalau kini saatnya aku yang mengantar
Bapak ke dokter. Biasanya Bapak yang mengantarku ke dokter. Mungkin memang sudah saatnya aku yang mengurus Bapak.
Bapak, meski aku selalu merepotkanmu. Aku sayang sama Bapak. Aku bangga sama Bapak yang sekaligus bisa menjadi ibu, meski mama juga menyayangiku. Meski Bapak sangat bawel, tapi itulah cara Bapak menyayangiku.
Aku sayang
Bapak. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Karena Bapak juga
melakukan hal yang sama kepadaku. Aku bangga menjadi anakmu!
0 komentar:
Posting Komentar