Sabtu, 03 Mei 2014

Kesederhanaan yang Indah



Kali ini ada cerita menarik tentang pasangan suami istri. Tepatnya di daerah pasir hayam Cianjur, ada dua wanita dan seorang lelaki paruh baya yang naik bis. Mereka bertiga berjalan berurutan. Kakek itu berjalan paling depan, disusul oleh istrinya dan disusul lagi oleh seorang wanita paruh baya yang entah siapa.
Ada yang menarik dari kakek itu. Ia memakai kacamata hitam, berpeci, memakai celana jeans, bersepatu boots dan membawa sebuah kotak dari kayu yang tampak seperti alat musik yang biasa digunakan untuk mengamen. Sedangkan istrinya dan wanita yang lebih muda dari nenek itu memakai kerudung.
Nampaknya kakek itu seorang tunanetra. Ia berjalan dengan dituntun oleh istrinya dan menggunakan tongkat.
Namun, karena bis sudah penuh, mereka duduk terpisah. Sang Kakek duduk di belakang, sedangkan istrinya duduk di kursi bagian depan.
Sesekali nenek itu melirik ke belakang. Ia memperhatikan suaminya. Dari wajahnya terlihat raut muka khawatir. Ketika suaminya memanggil, nenek itu bergegas menghampiri suaminya. Dengan sigap, ia berjalan.
Rasa kagumku muncul ketika aku melihat nenek itu menuntun suaminya. Dan suaminya memanggil nenek itu dengan sebutan "Nyai". Sampai setua itu, mereka terlihat akur. Saling menopang satu sama lain. Terutama Sang Nenek yang setia menjaga suaminya, bagaimanapun kondisinya.
Dari sudut lain di bis, aku melihat satu keluarga, ayah, ibu, satu anak laki-laki, dan dua orang balita. Keluarga itu membawa banyak barang. Anaknya yang laki-laki, kira-kira berumur 8 tahun, membantu ayahnya membawa barang.
Mereka duduk di belakangku. Anaknya yang masih bayi, terus bersuara. Rewel. Sampai ayahnya menggendongnya sambil berdiri. Namun anak itu masih saja rewel. Ayah dan ibunya silih berganti menggendongnya.
Pada saat mereka akan turun dari bis. Ayahnya sibuk membawa barang-barangnya ke depan bis. Kemudian Ibunya mengikuti ayahnya untuk duduk di depan. Disusul dengan anaknya yang balita, yang juga berjalan mandiri, meski sambil memanggil ibunya. Dan anak laki-laki yang juga berjalan sambil membawa barangnya.
Dari keluarga itu, aku melihat kebahagiaan yang sederhana. Ayahnya selalu menampakkan senyum. Dan anak laki-laki itu yang rajin membantu orang tuanya. Meski barang bawaannya cukup berat, ia tetap membantu orang tuanya.
Perjalanan di bis kali ini memberi makna tentang sebuah hubungan. Tentang kesetiaan dan rasa syukur menerima pasangan apa adanya. Meski di mata kita mereka nampak sederhana, tapi cinta dan ketulusan menjadikan yang sederhana menjadi indah dan luar biasa.

0 komentar: