Rabu, 17 Desember 2014

Belajar Ikhlas

Untuk kedua kalinya kuracik kejujuran menjadi sebuah tamparan. Tamparan yang besar terhadapnya dan menghujam jiwaku. Selama ini kita terlalu terlena akan cinta dunia. Kita terlalu yakin tentang kebersamaan. Sehingga kebersamaan itu membuat Allah cemburu. Allah cemburu karena kita selalu meminta yang terbaik untuk kebersamaan dan kita banyak menghabiskan waktu bersama. Sedangkan waktu bersama Allah tak sebanyak waktu kita berdua.
Kini ketika kenyataan lebih pahit dari yang telah direncanakan. Seharusnya aku lebih banyak bersyukur. Karena Allah menjaga cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada Allah. Sudah saatnya aku merehatkan pikiran tentang duniawi dan memikirkan masalah ukhrawi.
Betapa Allah sangat mencintaiku sehingga Dia cemburu dengan segala yang telah kulakukan saat ini. Dan aku hanya ingin mengobati rasa cemburu itu dengan selalu mengingat-Nya setiap saat, sampai kapanpun itu.
Sesungguhnya tidak ada rencana terindah dalam hidup ini kecuali rencana Allah. Aku selalu yakin, Allah memiliki alasan atas apa yang terjadi saat ini. Allah sedang mengajarkanku keikhlasan. Keikhlasan melepas seseorang yang sampai saat ini sangat kusayangi. Karena apa yang ada di dunia ini adalah milik-Nya. Pun diriku yang tak berhak menyombongkan diri karena aku adalah milik-Nya juga. Mencintai makhluk-Nya berarti belajar melepaskan.
Kini di tepi hati yang masih merasa luka. Aku merasa tak pantas meminta sesuatu kepada Allah. Aku hanya ingin mendapat keridhoan-Nya. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk-Nya.

0 komentar: