Jumat, 19 Desember 2014

Tentang Wanita Biasa

Ada seseorang yang ketika pergi, dia mengambil sebagian dari hatimu. Setelahnya, hatimu tak utuh lagi. Bahkan dia tak mengerti tentang hati yang sudah tak utuh itu.
Entahlah apa namanya perasaan itu. Yang jelas, rasa itu menjadi pahit. Setiap hari lidahmu kelu. Setiap langkah terasa berat. Meski berulang kali kamu menata hati yang tinggal sebagian itu.
Tentang semua takdir, tentang rencana Tuhan. Lantas tak harus mematahkan semangat hidup. Bukan berarti perjuangan itu harus hilang dalam setiap doa. Meski kamu berusaha untuk meraih akhiratmu. Tapi bukankah kita juga perlu memperbaiki kehidupan dunia? Bukan melupakan dunia tapi menjadikan dunia sebagai jalan menuju akhiratmu?
Entahlah, aku bukan nabi, pun bukan malaikat. Aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna namun berusaha menjadi yang terbaik. Bukan berusaha menjadi yang sempurna karena hanyalah Allah yang sempurna.
Biarlah aku menyimpan rasa ini sendiri. Dan dalam hening malam kusebut namamu. Meski sehari satu kali, cukuplah bagiku mengingatmu. Karena aku tak ingin mengingatmu terlalu lama. Biarlah hanya Allah yang sering kusebut dalam detik hidupku.

0 komentar: