Senin, 17 Juni 2013

Perpisahan RA/TKA/TPA

Hari kemarin adalah hari perpisahan RA/TKA/TPA tempat ade dan 2 keponakanku belajar. Ade dan 2 keponakanku begitu berantusias menyambut acara itu. Sebelum shubuh, keponakanku yang bernama Thoriq sudah bangun. Setelah mandi, dia langsung pergi ke luar entah ke mana, padahal hari masih gelap. Awalnya aku dan mama menyangka kalau dia akan langsung ke tempat acaranya. Ternyata dugaan kami salah, dia pergi ke mesjid untuk shalat shubuh berjamaah. Selesai shalat, dia langsung pergi ke rumah temannya dan menuju tempat acara bersama teman-temannya.

keponakanku yang masih tidur (Muhammad Thoriq Mulki Maulana)

Aku sebagai kakak dan bebe mereka merasa bangga. Mereka sudah mulai berani tampil di panggung. Aku tidak sabar melihat penampilan mereka. Bahkan adeku pun yang bernama Nadia, dari jam 6.00 sudah bersiap-siap memakai baju wisuda (ngedahuluin aku yang belum lulus kuliah L ). Walaupun Nadia belum saatnya keluar dari TPA, tapi dia sudah mengikuti ujiannya. Aku berharap tahun depan dia bisa menjadi murid terbaik, secara dia mengulang lagi satu tahun.

Ade kecilku, Nadia Nur Widiani

Sekitar  jam 7.00, aku dan mama meluncur, menyusul ade dan keponakanku yang sudah berada di tempat acara itu. Kami duduk di bangku yang telah disediakan oleh panitia, dan menunggu acara dimulai. Suasana di sana sudah sangat ramai oleh anak-anak dan orang tuanya. Tingkah anak-anak itu begitu menggemaskan, termasuk tingkah dari keponakanku. Acara belum dimulai, tapi panggung sudah penuh terisi oleh anak-anak.
Acara pun dimulai dengan sambutan dari berbagai pihak. Disusul dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dari murid di sana. Kemudian acara yang paling inti adalah acara pelepasan wisudawan/wisudawati yang diiringi dengan upacara adat sunda. Lengser melenggak-lenggok menyambut para murid yang di wisuda, lalu pembawa payung berjalan dan menari bersama payungnya, setelah itu disusul dengan para penari adat yang juga ikut menyambut. Kemudian para wisudawan dan wisudawati berjalan di belakang kepala sekolah yang dipayungi dan melewati para penari yang menabur bunga di setiap jalan yang mereka lalui. Upacara adat tersebut sengaja dibuat sesimpel mungkin, karena upacara tersebut dilaksanakan oleh anak-anak kecil. Semua yang akan tampil di panggung pun adalah murid-murid di sana.

Upacara adat selesai dilaksanakan, saatnya pemberian ijazah di atas panggung. Satu persatu murid RA dan TPA yang diwisuda dipanggil ke atas panggung. Mereka dipanggil disebutkan namanya, tempat dan tanggal lahirnya, nama orang tuanya, dan cita-citanya. Cita-cita mereka beragam, namun kebanyakannya mereka memilih profesi dokter dan polisi. Namun berbeda dengan adikku, Nadia bercita-cita menjadi pengusaha. Jujur, aku ingin menangis di tengah keramaian itu. Adikku yang super bawel dan juga manja ingin menjadi pengusaha. Sedikit tertawa aku berdoa dalam hati, semoga saja cita-cita adikku itu bisa tercapai. Amiin.

Setelah acara inti selesai dilaksanakan, tiba saatnya untuk acara pementasan seni. Adikku yang akan tampil puitisasi bergegas untuk mengganti bajunya. Nadia dan keempat temannya berganti kostum dengan gamis berwarna putih. Aku memasangkan kerudung adikku juga teman-temannya itu. Sampai keponakanku, yang bernama Muhammad Thoriq Mulki Maulana, tampil di panggung, aku tidak melihatnya karena sibuk di dalam ruangan. Aku hanya bisa mendengarnya mengumandangkan adzan di atas panggung. Setiap tahun Thoriq selalu menjadi muadzin di TKA-nya. Waktu dia masih RA pun, dia mewakili RA-nya untuk mengikuti lomba adzan. Terkadang dia pun selalu adzan di mesjid jami di rumahku.

Adikku pun tampil puitisasi. Dia yang tomboi, sedari pagi dirias secantik mungkin. Dia ternyata memang cantik seperti kakaknya (ehem). Aku bangga melihat adikku berada di atas panggung. Aku harus bisa mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki oleh adikku dan keponakan-keponakanku. Aku ingin mereka sukses. Aku ingin mereka menjadi kebanggaan untuk orang-orang di sekitarnya.

Aku pun bangga kepada keponakan kecilku, namanya Fachry. Kalau si kecil yang satu ini memang anaknya paling hyper aktif di antara yang lainnya. Badannya itu sangat terlihat indah kalau dilenggak-lenggokkan. Dia senam di atas panggung. Dasar anak kecil, dia dan satu temannya melepas sepatu ketika naik ke panggung. Tapi aku, mama, bapak, dan kakakku terhibur melihat dia di atas panggung. Sebelum naik ke panggung pun, dia ikut menari dan bernyanyi, melihat teman-temannya yang sedang tampil di atas panggung. Aku tahu, Fachry itu sangat pintar. Namun, terkadang dia suka agak malu-malu. Seandainya dia punya keberanian, aku ingin membimbing dia untuk mengikuti acara pencarian bakat anak kecil di salah satu stasiun TV. Karena dia itu pintar menari dan bernyanyi. Suaranya serak-serak basah, sangat cocok untuk menggantikan Cakra Khan (wuahaahahaa), dan setiap dia menari, tariannya selalu indah walaupun dia adalah anak laki-laki.

video keponakanku, Fachry Rizki Ilmi (posisinya berada di tengah, cari yang paling pendek)

Karena kami sudah mulai kelelahan, kami pun pulang ke rumah. Padahal tanpa kami ketahui, Fachry harus tampil sekali lagi untuk menyanyikan lagu bersama teman-teman RA-nya. Tapi ya sudahlah, dia juga terlihat sudah mulai capek.

Acara yang paling menyentuh adalah ketika adik dan keponakan-keponakanku tampil dan ketika anak-anak RA bernyanyi lagu Guruku Tersayang. Aku jadi ingat masa-masa perpisahan dulu. Ketika perpisahan SD, aku menjadi pengantin wanita di upacara adatnya dan membaca pidato dari perwakilan murid kelas 6 dan menyanyikan lagu Terima Kasih Guruku bersama teman-teman. Lalu ketika SMP, aku dan teman-teman sekelasku menyanyikan lagu sunda yang aku lupa lagu apa, juga menyanyikan lagu Terima Kasih Guruku. Dan ketika SMK, aku tidak ikut berpartisipasi untuk tampil. Tapi aku mulai merasa sedih, harus meninggalkan masa-masa sekolah dan teman-temanku. Aku pun harus bersiap diri untuk terjun ke kehidupan dunia yang sesungguhnya, yaitu menjadi masyarakat seutuhnya.


NB: untuk lagu-lagu kenangannya ntar aku share di post selanjutnya :)

0 komentar: